- Oleh MC PROV JAWA TIMUR
- Rabu, 23 April 2025 | 17:57 WIB
: Muhimatul Khoiriyah, pendiri komunitas Colourise, saat mendampingi anak-anak penderita kanker YPKAI Surabaya melukis sebagai media terapi seni edukasi dan hiburan. (Foto: Istimewa).
Oleh MC PROV JAWA TIMUR, Kamis, 10 April 2025 | 03:45 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 153
Surabaya, InfoPublik - Dalam membantu pendidikan anak-anak kanker, tiga mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (Unair) mendirikan komunitas Colourise. Komunitas itu digagas oleh Muhimatul Khoiriyah bersama dua rekannya, yaitu Anisa Nanda Shafira dan Haikal Wiranata. Mereka turut prihatin atas tingginya adiksi gawai pada kalangan anak-anak penderita kanker, khususnya di Yayasan Peduli Kanker Anak Indonesia (YPKAI) Surabaya.
Hima, sapaan dekat pendiri komunitas tersebut, mengatakan bahwa anak-anak di sana terpaksa putus sekolah lantaran kondisi kesehatan mereka. “Wali dari anak-anak YPKAI kerap memberi akses gawai tanpa filter durasi untuk tetap menjaga mood anak-anak. Namun, hal ini justru melahirkan permasalahan baru,”katanya, di Surabaya (9/4/2025).
Dalam mengatasi permasalahan itu, Hima melalui komunitasnya menawarkan terapi seni lukis dengan metode storytelling berbasis aplikasi. Terapi ini, katanya, mampu menjadi sarana edukasi sekaligus alternatif hiburan bagi anak-anak guna mengurangi ketergantungan gawai. “Anak-anak kanker perlu perhatian khusus. Mereka hanya dianggap rentan pada aspek kesehatan, sedangkan aspek lain seperti pendidikan kurang diperhatikan,” ujar Hima.
Melalui aplikasi serupa dengan nama komunitasnya itu, Hima mewujudkan Colourise untuk pembelajaran anak-anak sesuai Kurikulum Merdeka jenjang SD dan SMP. Pada aplikasi yang berisi fitur story telling, anak-anak diajak untuk melukis sebagai bentuk mengekspresikan emosi sekaligus menguji pemahaman mereka terhadap tema cerita. Lebih lanjut, Hima menuturkan, hasil karya lukis akan dipasarkan pada platform e-commerce serta penjualan diserahkan kembali kepada anak-anak agar termotivasi secara ekonomi.
Hima menyebut, perjalanan Colourise sempat menemui tantangan, khususnya dalam hal pendanaan. Untuk mengatasinya, Hima dan kawan-kawan kerap mencari cara agar mendapatkan dukungan finansial melalui kompetisi proyek sosial, seperti PFMuda dan Innovillage.
“Kolaborasi mitra kami adalah Yayasan Peduli Kanker Anak Indonesia (YPKAI) Surabaya. Kolaborasi lain dengan PT Telkom Indonesia melalui program CSR Innovillage, juga ada BSO SKI FIB Unair dan beberapa komunitas lainnya,” tambahnya.
Melalui Colourise, kata Hima, anak-anak di YPKAI mulai menikmati aktivitas melukis dan menyadari potensi bakat mereka di bidang tersebut. Hima juga bercerita bahwa salah satu momen paling berkesan bagi tim Colourise adalah ketika seorang anak perempuan berusia tiga tahun menunjukkan antusiasme luar biasa terhadap programnya.
“Saat pertama kali kami menjalankan proyek ini, kami belum memiliki banyak fasilitas. Namun, anak tersebut begitu bersemangat hingga membeli alat lukis sendiri dan ingin melukis setiap hari. Sayangnya, sebelum kami bisa memberikan fasilitas yang lebih baik, ia telah berpulang lebih dulu. Kenangan ini menjadi dorongan bagi kami untuk terus berkembang dan mengusahakan yang terbaik bagi anak-anak YPKAI,” tuturnya.
Selanjutnya, tim Colourise berharap bisa menjangkau lebih banyak anak-anak penderita kanker dan memberikan akses pendidikan yang lebih inklusif sesuai dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs). “Kami ingin menciptakan lingkungan yang lebih suportif dengan fasilitas melukis yang nyaman dan akses pendidikan yang lebih baik,”tambahnya. (MC Prov Jatim /hjr-mad/eyv)