- Oleh MC PROV JAWA TIMUR
- Rabu, 23 April 2025 | 17:52 WIB
: Anggota komisi D DPRD Jatim, Agus Black Hoe menyapa warga. - Foto: Mc.Jatim
Oleh MC PROV JAWA TIMUR, Rabu, 9 April 2025 | 09:38 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 122
Surabaya, InfoPublik - Anggota Komisi D DPRD, Agus Black Hoe Budianto, meminta dan berharap ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur segera memetakan wilayah rawan longsor guna mengantisipasi bencana yang dapat mengancam keselamatan masyarakat.
Dikatakannya, dengan adanya pemetaan titik-titik rawan longsor agar tidak terjadi lagi korban lagi. Mengingat kondisi geografis Jawa Timur yang banyak memiliki daerah perbukitan dan pegunungan. Risiko longsor sangat tinggi. Termasuk di daerah seperti Pacet, Pacitan, Ponorogo, Magetan dan daerah pegunungan lainnya.. “Terkait musibah yang ada di Pacet, tanah longsor yang terjadi menimbulkan korban. Kita harus sadar bahwa dengan geografis yang ada, Jawa Timur sangat rawan terjadinya longsor, terutama di daerah Pacet, Pacitan, Ponorogo, dan Magetan,” ujar Agus Black Hoe dikonfirmasi, Selasa (8/4/2025).
Sebagai langkah awal mitigasi bencana, anggota DPRD Jatim Dapil Magetan-Ngawi-Trenggalek-Ponorogo dan Pacitan itu meminta Dinas Perhubungan (Dishub) Jatim serta Dinas PU Bina Marga Jatim untuk segera memetakan titik-titik yang memiliki potensi longsor tinggi. Dengan adanya pemetaan ini, masyarakat dapat lebih waspada dan mengetahui daerah mana yang aman untuk dilalui, terutama saat curah hujan tinggi. Agar tidak ada korban berikutnya, pengendara harus lebih berhati-hati setiap kali terjadi hujan deras. Pemerintah melalui Dinas Perhubungan dan PU harus segera memetakan titik-titik rawan longsor,” tambahnya.
Selain itu, ia menekankan pentingnya sosialisasi kepada masyarakat terkait daerah rawan longsor agar mereka memiliki acuan jelas mengenai keamanan wilayah tempat tinggal atau rute perjalanan mereka. “Masyarakat harus mendapatkan informasi yang jelas mengenai titik-titik rawan longsor, sehingga mereka bisa tahu daerah mana yang aman dan mana yang harus dihindari saat hujan deras terjadi,” katanya.
Menurut Agus, upaya mitigasi bencana tidak hanya berhenti pada pemetaan, tetapi juga harus dibarengi dengan kesiapan alat berat di lokasi-lokasi strategis guna mempercepat proses penanganan jika terjadi longsor. “Jika sudah ada pemetaan yang jelas, maka harus ada kesiapan dari tim tanggap bencana. Selain itu, titik-titik rawan juga harus memiliki alat berat yang siap digunakan untuk penanganan lebih cepat,” jelasnya.
Sebagai langkah pencegahan lebih lanjut, Agus juga mendorong pemerintah untuk lebih aktif memberikan peringatan dini kepada masyarakat yang tinggal di wilayah rawan bencana. “Pencegahan itu penting. Pemerintah harus memberikan peringatan dini kepada masyarakat agar mereka bisa mengantisipasi lebih awal jika terjadi cuaca ekstrem,”imbuhnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa sistem peringatan dini (Early Warning System/EWS) harus dimaksimalkan di berbagai titik rawan longsor, terutama di wilayah selatan Jawa Timur yang memiliki kontur tebing curam. “Geografis Jatim yang tidak lepas dari tebing dan pegunungan, terutama di sisi selatan, harus dimaksimalkan dengan sistem EWS. Dengan begitu, masyarakat bisa memiliki jaminan keamanan lebih baik,”kata politisi asli Ngawi ini.
Hal ini termasuk, lanjutnya, pada wialayah Dapil 9 Magetan, Ponorogo, Pacitan, Trenggalek dan Ngawi ini juga harus dilakukan pemasangan EWS. “Dengan adanya EWS maka akan semakin memudahkan warga untuk bisa melakukan antisipasi bila terjadi ancaman longsor. Termasuk EWS khusus diwilayah perairan pantai dikawasan selatan Pacitan dan Trenggalek,”tambahnya.
Seperti diketahui, pada Kamis, (3/4/2025), terjadi bencana tanah longsor di jalur Pacet-Cangar, Mojokerto, Jawa Timur, yang mengakibatkan 10 orang meninggal dunia. Peristiwa ini melibatkan dua kendaraan, yaitu sebuah mobil pikap dan sebuah minibus, yang tertimpa material longsor saat melintas di lokasi kejadian. (MC Jatim/ida-pca/eyv)