Rabu, 26 Maret 2025 3:1:19

Melasti di Watu Pecak: Harmoni Umat Hindu Tengger Lumajang dengan Alam

:


Oleh MC KAB LUMAJANG, Selasa, 25 Maret 2025 | 08:23 WIB - Redaktur: Juli - 1K


Lumajang, InfoPublik - Ribuan umat Hindu Tengger dari lereng Gunung Semeru dan Bromo berkumpul di Pantai Watu Pecak, Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Minggu (23/3/2025).

Mereka melaksanakan upacara Melasti, ritual penyucian diri dan alam semesta yang menjadi bagian dari rangkaian Hari Raya Nyepi menyambut Tahun Baru Saka 1947.

Sejak pagi, umat Hindu berpakaian adat khas Bali dan Tengger sudah memenuhi area pantai. Suasana terasa sakral ketika tabuhan gamelan Bale Ganjur mulai menggema, mengiringi langkah para pemangku adat yang membawa sesaji dan jempana – usungan tempat sesaji yang dihias dengan warna-warni kain suci.

Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Lumajang, Teguh Widodo, menjelaskan bahwa upacara Melasti bertujuan untuk menyucikan Buana Agung (alam semesta) dan Buana Alit (diri manusia).

“Kegiatan Melasti ini adalah rangkaian dari Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1947. Sekitar 2.500 umat Hindu mengikuti ritual ini sebagai bentuk pensucian diri sebelum memasuki Catur Brata Penyepian,” ujar Teguh.

Di tepi pantai, perempuan-perempuan dengan pakaian kebaya dan kamen warna-warni menari dengan anggun dalam tari Rejang Renteng dan Rejang Dewa. Tarian sakral ini melambangkan kesucian dan keharmonisan, menjadi bentuk persembahan kepada Sang Hyang Widhi Wasa.

Umat Hindu Tengger mengikuti prosesi dengan khidmat. Mereka membawa sesaji berupa bunga, buah, dan hasil bumi lainnya, yang kemudian dilarung ke laut sebagai simbol pelepasan segala kotoran lahir dan batin. Sejumlah hewan ternak kecil seperti ayam juga turut dijadikan sesaji dalam ritual ini, sebagai bentuk penghormatan kepada alam.

“Kami percaya bahwa air laut memiliki kekuatan untuk menyucikan segala bentuk kekotoran. Melalui Melasti, kami memohon berkah agar diberikan kesucian lahir batin serta keseimbangan hidup,” tutur Wayan Sudarma, salah satu peserta upacara dari Kecamatan Senduro.

Dalam prosesi persembahyangan, pemuka agama Hindu membacakan doa-doa suci dan mantram. Kepulan asap dupa memenuhi udara, menyatu dengan aroma laut yang khas. Para umat merapatkan tangan dalam posisi anjali mudra, menutup mata, dan mengucapkan doa dengan penuh penghayatan.

Pantai Watu Pecak menjadi saksi bisu perayaan yang telah berlangsung turun-temurun ini. Ombak yang bergulung seakan turut mengiringi lantunan kidung suci. Bagi umat Hindu Tengger, ritual Melasti bukan sekadar tradisi, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap alam yang telah memberikan kehidupan.

Di balik kesakralan ritual ini, ada pula makna sosial yang mendalam. Bagi masyarakat Tengger, Melasti bukan hanya ajang beribadah, tetapi juga momentum untuk mempererat hubungan antarsesama.

“Kami datang bersama keluarga dan warga desa. Ini juga menjadi ajang silaturahmi dan menjaga persaudaraan di antara umat Hindu,” ungkap Ni Ketut Sri, peserta asal Desa Argosari.

Selain umat Hindu, masyarakat sekitar pun turut menyaksikan jalannya upacara dengan penuh rasa hormat. Bagi mereka, keberagaman budaya dan tradisi adalah kekayaan yang harus dijaga.

“Saya bukan umat Hindu, tapi setiap tahun saya selalu menyaksikan Melasti. Ritual ini mengajarkan kita untuk hidup selaras dengan alam,” kata Joko, warga Pasirian.

Seiring berjalannya waktu, Melasti di Watu Pecak juga menarik perhatian wisatawan dan fotografer. Mereka terpesona dengan keindahan prosesi, mulai dari warna-warni pakaian adat hingga simbolisme yang terkandung dalam setiap gerakan tarian dan doa.

Menjelang akhir upacara, pemangku adat memberikan siraman air suci kepada umat yang hadir. Siraman ini dipercaya membawa berkah dan membersihkan diri dari energi negatif. Suara ombak semakin kencang, seolah mengamini harapan umat Hindu yang telah melarungkan doa-doa mereka ke lautan.

Sebagai penutup, Teguh Widodo mengingatkan bahwa ajaran Hindu menekankan Tri Hita Karana – tiga prinsip utama untuk mencapai kehidupan harmonis, yakni hubungan yang baik dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.

“Harapannya umat Hindu bisa menjaga keharmonisan ini, sehingga kehidupan tetap berjalan seimbang dan penuh berkah,” pungkasnya.

Dengan berakhirnya upacara Melasti, umat Hindu Tengger kembali ke rumah masing-masing dengan hati yang lebih tenang dan suci. Mereka bersiap menyambut Nyepi, hari penuh keheningan untuk merenungi perjalanan hidup dan memperkuat spiritualitas.

Di Pantai Watu Pecak, jejak-jejak kaki mulai terhapus oleh ombak. Namun, nilai-nilai luhur yang ditanamkan dalam ritual Melasti akan tetap abadi, mengalir bersama waktu dan kehidupan. (MC Kab. Lumajang/An-m)

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh MC KAB LUMAJANG
  • Selasa, 25 Maret 2025 | 13:07 WIB
Puskesmas Garda Terdepan dalam Perang Melawan TBC