- Oleh MC PROV GORONTALO
- Sabtu, 19 April 2025 | 16:07 WIB
:
Oleh MC KAB DEMAK, Rabu, 5 Februari 2025 | 12:35 WIB - Redaktur: Pasha Yudha Ernowo - 202
Demak, Infopublik – Kepala Bidang Perekonomian, Infrastruktur, dan Kewilayahan Bapperida Demak, Ahmad Nur Azizul, menekankan pentingnya pengelolaan food loss dan food waste untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, ekonomi, dan sosial. Pernyataan ini disampaikan dalam Rapat Evaluasi Strategi dan Langkah Operasional Pencegahan Pemborosan Pangan yang digelar di ruang rapat Bapperida Demak pada Rabu (5/2/2025).
Ahmad Nur Azizul menjelaskan bahwa food loss terjadi ketika makanan hilang selama proses produksi, pengolahan, penyimpanan, atau distribusi, sementara food waste adalah makanan yang terbuang meskipun masih layak konsumsi. Fenomena ini tidak hanya berdampak pada ketahanan pangan tetapi juga pada perekonomian dan lingkungan.
"Berdasarkan data United Nations Environment Programme (UNEP), secara global, food loss dan food waste mencapai 1,3 miliar ton atau sepertiga dari total produksi pangan dunia. Di Indonesia, jumlahnya diperkirakan mencapai 23-48 juta ton per tahun, dengan dampak ekonomi sekitar Rp 213-551 triliun, setara dengan 4-5 persen dari PDB nasional," ujar Azizul.
Menurut Azizul, penyebab utama food loss antara lain rendahnya mutu hasil panen, masalah penyimpanan dan pengemasan, serta fluktuasi harga dan permintaan pasar yang rendah. Sementara itu, food waste sering disebabkan oleh kebiasaan tidak menghabiskan makanan, porsi makan yang berlebihan, dan membeli atau memasak makanan yang tidak disukai, serta faktor gengsi.
Komposisi sampah pangan di Indonesia didominasi oleh rumah tangga (42,21 persen), sektor perniagaan (19,11 persen), pasar (15,26 persen), perkantoran (6,72 persen), fasilitas publik (6,71 persen), dan kawasan lainnya (3,55 persen).
Dampak dari tingginya food loss dan food waste sangat signifikan baik dari sisi lingkungan, ekonomi, maupun sosial. Secara lingkungan, fenomena ini berkontribusi terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca, sementara secara ekonomi kerugian yang ditimbulkan mencapai ratusan triliun rupiah per tahun. Secara sosial, potensi pangan yang terbuang tersebut dapat digunakan untuk memberi makan sekitar 61-125 juta orang.
Untuk mengatasi masalah ini, strategi pengelolaan food loss dan food waste di Indonesia mencakup beberapa langkah, antara lain perubahan perilaku masyarakat, perbaikan sistem pangan, penguatan regulasi, pemanfaatan limbah pangan, serta pengembangan kajian dan pendataan yang lebih akurat.
Ahli Muda Perencana Bapperida Demak, Agus Budiyono, menambahkan bahwa Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memiliki peran penting dalam mendukung upaya pencegahan food waste melalui diseminasi informasi. Sepanjang tahun 2024, Kominfo telah melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, seperti talk show, iklan layanan masyarakat (ILM), dan pemberitaan di berbagai media.
Upaya mengurangi food loss dan food waste bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat luas. Dengan strategi yang tepat, perubahan perilaku, dan penguatan regulasi, diharapkan pemborosan pangan di Indonesia dapat diminimalisasi. Melalui kerjasama yang solid antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, Indonesia dapat mencapai ketahanan pangan yang lebih baik dan mendukung keberlanjutan lingkungan.
(Komf/ist/apj).