: Turunkan stunting, DPPPA-KB Kalsel optimalisasi gelar Darling di Pondok Pesantren -Foto:Mc.Kalsel
Oleh MC PROV KALIMANTAN SELATAN, Kamis, 21 November 2024 | 21:05 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 68
Banjarbaru, InfoPublik - Dalam rangka percepatan penurunan stunting di Kalimantan Selatan, Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DPPPA-KB) Kalsel melakukan Optimalisasi Gerakan Pelajar dan Remaja Sadar dan Peduli Stunting (Gelar Darling) yang menyasar salah satu pondok pesantren di Banjarbaru.
Gelar Darling merupakan salah satu wahana pemberdayaan pelajar dan remaja sebagai agen aksi cegah stunting di sektor hulu dengan tahapan menjadikan gelar darling sebagai agen percepatan penurunan stunting, sebagai sarana informasi terkait dengan stunting serta upaya pencegahan perkawinan anak atau pendewasaan usia perkawinan.
Kepala DPPPA-KB Kalsel Sri Mawarni mengatakan keberhasilan penurunan stunting ini, diperlukan peran serta masyarakat luas yang berperan sebagai agen perubahan.
“Baik dalam menyampaikan informasi maupun sebagai sasaran yang harus aktif melakukan perubahan dengan didukung oleh berbagai sektor,” katanya di Banjarbaru, Kamis (22/11/2024).
Menurut Mawar sapaan akrabnya, pencegahan stunting sangat diperlukan mulai dari hulu yakni dari pelajar, remaja putri yang harus memahami hal-hal penting yang terkait dengan stunting seperti pemenuhan gizi seimbang, pencegahan anemia, pola hidup bersih dan sehat, anti bullying maupun kekerasan terhadap perempuan /anak, yang akhir-akhir ini marak terjadi.
Untuk itu, katanya, diperlukan kerjasama dari semua pihak untuk menyediakan wahana serta kegiatan fasilitasi yang menyasar para pelajar, remaja untuk memberikan informasi dan meningkatkan pengetahuan tentang gizi seimbang, kebiasaan hidup bersih dan sehat, konsumsi vitamin dan tablet tambah darah untuk mengatasi anemia serta anti bullying/tindak kekerasan terhadap perempuan/anak.
"Kita ingin fokus menyebarluaskan dan mengembangkan gelar darling dari hulu baik terkait stunting spesifik maupun permasalahan gizi remaja secara umum yaitu anemia, kekurangan energi kronik (kek) dan potensi obesitas sebagai dampak dari perilaku gizi remaja agar mewujudkan generasi remaja yang berkualitas sebagai modal banua emas 2045,”tambahnya. (MC Kalsel/scw/ARH/Eyv)