- Oleh Jhon Rico
- Kamis, 14 November 2024 | 18:46 WIB
: Pemukulan Tifa Oleh Pj Bupati Kepulauan Tanimbar Saat Membuka Pelatihan Penanggulangan Resko Bencana
Oleh MC KAB KEPULAUAN TANIMBAR, Minggu, 17 November 2024 | 20:18 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 96
Saumlaki, InfoPublik - Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku, merupakan daerah yang rentan terhadap bencana terutama gempa bumi, dimana hampir setiap saat terjadi gempa dengan intensitas rendah sampai sedang. Selain gempa bumi, tanah longsor, angin puting beliung, kebakaran, banjir rob, dan bencana tanah longsor juga sering terjadi.
Oleh karena itu perlu dilakukan mitigasi atau langkah yang dilakukan sebelum bencana terjadi. Sehingga kesiapsiagaan masyarakat dalam mengantisipasi bencana sangat penting agar mampu melakukan tindakan guna mengurangi risiko ketika terjadi bencana.
Demikian dikatakan Pj Bupati Kepulauan Tanimbar Alwiyah Fadlun Alaydrus saat membuka Pelatihan Penanggulangan Resiko Bencana yang dilakukan oleh Klasis Gereja Protestan Maluku Daerah Tanimbar Selatan.
“Maka itu penting membuat peta wilayah rawan bencana, pembuatan bangunan tahan gempa, penanaman pohon bakau, penghijauan hutan, serta memberikan penyuluhan dan meningkatkan kesadaran masyarakat yang tinggal di wilayah rawan bencana,” Kata Alwiyah, Minggu (17/11/24).
Kegiatan yang berpusat di wilayah Kecamatan Wermaktian tersebut menghadirkan 75 peserta dari 19 Jemaat GPM yang berada dalam Klasis GPM Tanimbar Selatan, yang beranggotakan relawan dan para pendeta pada masing-masing jemaat.
Menurut Alwiyah, hal ini perlu dilakukan untuk mewaspadai segala bentuk kejadian bencana yang mungkin terjadi kapan saja, karena bencana selalu terjadi secara tiba-tiba dan tidak dapat kita duga.
“Upaya penanggulangan resiko bencana merupakan hal yang sangat prioritas untuk mengidentifikasi dan meningkatkan pemahaman peringatan dini kepada seluruh lapisan masyarakat tentang kebencanaan,” harap Alwiyah.
Selain itu sambung Alwiyah, hal penting juga yang harus menjadi perhatian yaitu meminimalisir faktor-faktor resiko yang dapat menimbulkan kerugian serta memperkuat kesiapsiagaan dan ketangguhan dalam penanganan bencana.
Sejalan dengan perkembangan saat ini, maka paradigma penanggulangan bencana telah mengalami transformasi yang cukup signifikan yaitu dari sifat responsif menjadi preventif atau pencegahan, dari bersifat sektoral menjadi multisektoral yaitu melibatkan semua komponen, kemudian dari inisiatif pemerintah menjadi tanggung jawab bersama.
Alwiyah juga berpesan dan mengingatkan tentang belum adanya alat yang dapat melakukan deteksi dini terjadi bencana di zaman yang sudah sangat modern dan teknologi super canggih apapun belum dapat menditeksi kapaan sebuah bencana bisa terjadi.
“Sampai saat ini belum ada satu alat pun yang dapat mendeteksi kapan akan terjadi bencana baik gempa bumi, longsor maupun bencana lainnya. Pengamatan terjadinya bencana dapat diperkirakan melalui fenomena alam atau lempengan-lempengan yang ada di laut, namun kapan akan bereaksi kita tidak tahu. untuk itu kita harus selalu waspada dan siaga,” ujarnya
Pada akhir sambutannya, Alwiyah berpesan terutama kepada jajaran Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kepulauan Tanimbar, agar terus melakukan mitigasi bencana dengan cara melakukan sosialisasi dan pemberdayaan kepada masyarakat, bahwa penanganan bencana ini adalah menjadi tanggung jawab bersama semua pihak.
“Tidak hanya pemerintah saja, namun tanggung jawab ini ada pada semua pihak, baik TNI/Polri, gereja dan masyarakat serta komponen lainnya yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan,” katanya.(MC Kab. Kep. Tanimbar/Wind).