Dispetkeswan SBD Gelar Sosialisasi Karantina Hewan dan Tanaman Holtikultura

: Pj Bupati Kabupaten SBD, Ir. Yohanes Oktavianus, bersama kedua narasumber, beberapa pengurus OPD, dan para peserta sosialisasi. (Foto: istimewa)


Oleh MC KAB SUMBA BARAT DAYA, Minggu, 17 November 2024 | 07:56 WIB - Redaktur: Bonny Dwifriansyah - 99


Tambolaka, InfoPublik – Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dispetkeswan) Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi Perkarantinaan Hewan dan Tanaman Holtikultura di aula Hotel Ella Tambolaka, Kabupaten SBD, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat (15/11/2024).

Kegiatan sosialisasi tersebut dibuka dengan resmi oleh Pj Bupati Kabupaten SBD, Ir. Yohanes Oktavianus, yang dihadiri oleh narasumber dari Balai Karantina Hewan dan Tanaman Holtikultura Provinsi NTT, Kepala Balai Karantina Waikelo, Kadis Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten SBD, para peserta sosialisasi, serta para tamu undangan lainnya.

Dalam kata sambutannya, Oktavianus menekankan tentang pentingnya penanganan serius terhadap penyakit African Swine Fever (ASF) dan penyakit lainnya. Beberapa waktu lalu, penyakit ASF merajalela di beberapa negara, termasuk Indonesia secara umum dan secara khusus di Kabupaten SBD. Penularan penyakit ASF ini pada ternak babi sangat cepat dan berproses cepat sehingga menyebabkan perdarahan pada organ internal bagi ternak babi dan memiliki angka kematian yang sangat tinggi.

“Kondisi ini menjadi kekhawatiran serius bagi para peternak babi yang ada di Kabupaten SBD, kalau masalah ini dibiarkan berarti para peternak pasti mengalami kerugian yang sangat besar dan ini pasti berpengaruh bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat Kabupaten SBD," ujarnya.

Oktavianus juga menyampaikan bahwa langkah-langkah pencegahan dan pengendalian telah diperkuat, termasuk isolasi babi yang terinfeksi, penerapan biosekuriti yang ketat, serta pengawasan intensif di daerah-daerah berisiko tinggi.

Penularan penyakit ASF dapat terjadi melalui kontak langsung dengan babi yang sakit, peralatan, pakan, minuman, atau gigitan caplak yang tercemar virus.

Selain itu, penting juga peran serta masyarakat dalam mendukung upaya pemerintah untuk mencegah penularan virus ASF dengan cara memperketat penjagaan dan pengawasan keluar masuk hewan ternak dengan benar-benar memanfaatkan Balai Karantina yang ada.

“Kesadaran para peternak untuk melaporkan kasus-kasus mencurigakan dan mematuhi aturan karantina adalah kunci keberhasilan dalam mengendalikan dan mencegah penyebaran penyakit virus ASF di daratan Sumba,” tutur Oktavianus. (MC. Bidang PIP Diskominfo Kabupaten SBD/Isto)

 

Berita Terkait Lainnya