- Oleh MC KAB SLEMAN
- Rabu, 13 November 2024 | 14:02 WIB
: Pagelaran wayang kulit bertajuk “Wahyu Makutharama” di Pendhapa Kekandhangan, Gamping, Kabupaten Sleman pada Sabtu 9 November 2024.
Oleh MC KAB SLEMAN, Senin, 11 November 2024 | 21:44 WIB - Redaktur: Santi Andriani - 213
Sleman, InfoPublik – Pagelaran wayang kulit bertajuk “Wahyu Makutharama” kali ini begitu istimewa, karena para pelakunya adalah anak-anak yang berbakat, dilatih langsung oleh dalang muda penuh semangat, Ki Damar Asmara Sejati dari Sanggar Widya Pramana Cokrowijayan.
Didampingi sang mentor, mereka tampil dengan percaya diri menghidupkan tokoh-tokoh klasik seperti Arjuna dan Semar di hadapan puluhan penonton yang antusias di Pendhapa Kekandhangan, Gamping, Kabupaten Sleman pada Sabtu 9 November 2024. Malam itu begitu berkesan karena tradisi lama dihidupkan kembali dengan cara yang berbeda
“Dengan belajar wayang, anak-anak juga belajar menghargai warisan budaya yang kaya,” ujar Ki Damar. Sang pemimpin sanggar ini yakin bahwa wayang kulit tidak hanya sekadar hiburan, melainkan juga wadah pengajaran nilai-nilai luhur. Filosofi hidup dan pelajaran moral dari setiap karakter dan cerita dapat menjadi bekal berharga bagi anak-anak.
Ki Damar mengungkapkan bahwa persiapan acara ini membutuhkan waktu sekitar satu bulan. Prosesnya intensif—anak-anak diajari teknik dasar mendalang, penggunaan suara, dan pengaturan intonasi agar cerita tersampaikan dengan baik.
Meskipun usia mereka masih sangat muda, para dalang cilik ini berhasil menghidupkan setiap karakter dengan penghayatan mendalam. Suara yang luwes dan gerak tangan yang terlatih membuat penonton terpukau melihat bagaimana mereka menguasai peran dengan sempurna.
Selain itu, Ki Damar mendorong anak-anak untuk memahami nilai-nilai di balik setiap adegan yang mereka bawakan. Dengan begitu, anak-anak bukan hanya tampil, tapi juga merenungkan pesan moral dari setiap lakon yang dibawakan. Lakon “Wahyu Makutharama,” sendiri menyampaikan nilai-nilai kebijaksanaan dan kejujuran.
Bapak Surojo, salah satu orang tua dari anak peserta, Tahajid Syawa Jouniro, sangat bangga melihat penampilan anaknya. Menurutnya, pagelaran ini adalah bukti bahwa budaya tradisional bisa dilestarikan oleh generasi muda. “Semoga anak-anak ini tumbuh menjadi generasi yang bangga dan cinta dengan budaya kita,” ungkapnya dengan harapan besar.
Pagelaran wayang kulit ini ditutup dengan doa bersama, memohon agar wayang kulit tetap lestari di tengah tantangan zaman. Penonton yang hadir pulang dengan rasa puas dan harapan bahwa pertunjukan seperti ini akan lebih sering diadakan, sebagai upaya memperkenalkan kesenian tradisional kepada generasi muda. (Adnan Nurtjahjo|KIM Pararta Guna Kapanewon Gamping)