Kesbangpol Cegah Aksi ekstremisme Jelang Pilkada 2024

: Sosialisasi pencegahan dan penanggulangan ekstrimisme berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme, di Simpang Tiga, Kecamatan Bukit, Bener Meriah, pada Kamis (24/10/2024).


Oleh MC PROV ACEH, Jumat, 25 Oktober 2024 | 12:49 WIB - Redaktur: Juli - 128


Redelong, InfoPublik - Menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2024, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Bener Meriah melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan ekstremisme berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme.

"Ketika kita bicara radikalisme terorisme itu sesungguhnya bukan opini itu adalah fakta, dan fakta itu bukan hanya berada di Indonesia tetapi radikalisme dan terorisme itu semua terjadi di berbagai negara dan fakta ini harus sama-sama kita mencegahnya," kata Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Aceh, Mukhlisuddin Ilyas, Kamis (24/10/2024).

Hal ini ia sampaikan ketika menghadiri kegiatan sosialisasi pencegahan dan penanggulangan ekstrimisme berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme yang digelar Kesbangpol Bener Meriah.

Dia mengungkapkan bahwa radikalisme dan terorisme merupakan sebuah fakta yang terjadi di berbagai negara termasuk Indonesia.

Mukhlisuddin mengibaratkan ekstrimisme, radikalisme, dan terorisme tersebut seperti virus yang dapat terjadi kapan saja dan dimana saja dengan latar belakang profesi apapun.

Dia menjelaskan berdasarkan data bahwa yang terpapar menjadi kelompok radikalisme ada yang dari Polri, TNI, dari kabinet lain dan seterusnya. Jadi siapa saja tidak menjadi tolak ukuran, dan ini adalah sebuah fakta yang harus dipahami.

"Artinya tidak ada lagi teori yang mengatakan bahwa orang miskin itu rentan terpapar terhadap terorisme, sekarang orang kaya pun tetap bisa terpapar," ujarnya.

Kemudian, Mukhlisuddin melanjutkan jika berbicara ekstrimisme, radikalisme, dan terorisme itu rumah dasarnya atau cikal bakalnya adalah intoleransi.

"Di mana sikap, perilaku, tindakan seseorang itu mencerminkan apakah dia intoleran atau tidak dan jika sudah masuk kategori intoleransi itu akan beranjak ke level berikutnya," terangnya.

Selanjutnya, Kaban Kesbangpol Bener Meriah, Muhammad Jafar menjelaskan, beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya terorisme secara ekstrimis dan aksi radikalisme ialah, pembelajaran agama yang setengah-setengah melalui proses doktriner, pemahaman agama yang hanya memahami kulit atau dasarnya saja, dan cenderung mengharamkan segala hal yang justru membuat umat islam merasa berat.

"Contoh ini memang menjadi hal yang kecil namun dampaknya bisa mempengaruhi tatanan dan pola kehidupan masyarakat yang awalnya harmonis menjadi fanatik," jelas Jafar.

Setelah itu, lanjut Jafar, terkait dengan pelaksanaan pilkada yang tinggal menunggu waktu, potensi - potensi yang mengarah kepada ekstrimisme dimungkinkan tidak memandang strata baik Doktor, Polisi, TNI, bahkan dari PNS yang berpotensi ketika memahami sesuatu yang mungkin menurutnya sangat benar.

"Seperti ada berapa pasangan calon Bupati, dan menganggap bahwa pasangan inilah yang paling hebat, calon yang lain kurang, atau kurang dananya. Dan ketika seperti itu memungkinkan berpotensi mengarah kepada yang kami sebutkan tadi," ujarnya.

Jafar juga mengungkapkan radikalisme di Bener Meriah didapat melalui bidang keagamaan seperti aliran sesat yang didapat dari pendidikan agama (dalam wadah pengajia) dan melalui media sosial yaitu isu-isu radikalisme yang didapat dari statis Facebook, Whatsaap, Situs-situs, dan Website.

"Saya kira ini upaya-upaya yang memang kita lakukan dan setiap tahun, Kesbangpol membangun koordinasi dengan seluruh Forkopimda kita lakukan upaya-upaya seperti ini," terangnya.

Jafar berharap kepada seluruh peserta yang hadir, sosialisasi ini dapat menjadi corong atau sumber informasi bagaimana ekstrimisme terutama dalam rangka menghadapi Pilkada agar berjalan dengan baik tanpa ada gangguan-gangguan. (ril/yan).