- Oleh MC PROV JAWA TIMUR
- Sabtu, 21 Desember 2024 | 18:58 WIB
: Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga mengadakan kegiatan edukasi pengolahan sampah di Desa Karangdiyeng, Kecamatan Kutorejo, Kabupaten Mojokerto.
Oleh MC PROV JAWA TIMUR, Rabu, 9 Oktober 2024 | 04:07 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 76
Surabaya, InfoPublik - Permasalahan sampah masih menjadi isu krusial di Indonesia saat ini. Sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan, Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga mengadakan kegiatan edukasi pengolahan sampah di Desa Karangdiyeng, Kecamatan Kutorejo, Kabupaten Mojokerto.
Ketua tim pengabdian masyarakat, Dr. Salma Zulqaida, S.Si., M.Si., yang juga merupakan dosen di Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya bersama untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap dampak pencemaran lingkungan terhadap Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), serta meningkatkan keterampilan dalam pengelolaan sampah, terutama sampah organik, guna menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.
"Sebagian besar sampah di Indonesia masih berasal dari rumah tangga dan umumnya berupa sisa bahan makanan. Oleh karena itu, pengelolaan sampah idealnya dimulai dari tingkat rumah tangga untuk mengurangi beban pengelolaan di hilir, seperti di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)," ujar Dr. Salma Zulqaida, Selasa(8/10/2024).
Penyuluhan pertama membahas dampak pencemaran lingkungan terhadap kesehatan, khususnya kasus ISPA yang disampaikan oleh Dr. Ni Luh Ayu Megasari, S.Gz., M.Ked.Trop., dosen Imunologi Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga.
"Bahwa praktik pembakaran sampah masih banyak ditemukan di masyarakat, padahal tindakan ini dapat memberikan dampak negatif baik bagi lingkungan maupun kesehatan manusia. Kami mengajak warga untuk mencegah ISPA dengan menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan pengelolaan sampah yang lebih bijak, "jelasnya.
Selanjutnya, materi tentang pembuatan ecoenzyme disampaikan oleh Pramita Laksitarahmi Isrianto, S.Si., M.Si., dosen Biologi Universitas Wijaya Kusuma Surabaya yang ahli di bidang tersebut. Ibu Pramita menjelaskan cara membuat ecoenzyme dari berbagai jenis kulit buah, di mana semakin beragam jenis kulit buah yang digunakan, semakin kaya pula kualitas ecoenzyme yang dihasilkan.
Laksitarahmi Isrianto memaparkan manfaat penggunaan ecoenzyme, termasuk sebagai pupuk organik. Peserta yang sebagian besar merupakan ibu-ibu PKK Desa Karangdiyeng tampak antusias dalam mengikuti pelatihan ini, termasuk dalam praktik langsung pembuatan ecoenzyme. Hal ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan, seperti mengenai kendala-kendala yang mungkin terjadi selama proses pembuatan, termasuk dampak jika waktu fermentasi melebihi tiga bulan.
Sementara itu, Kepala Desa Karangdiyeng, Sulaiman Affandi, S.Ti., yang menyampaikan harapannya agar masyarakat dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan ini ditutup dengan pembagian ecoenzyme kepada para peserta, serta bibit tanaman cabai, terong, dan tomat sebagai bentuk motivasi untuk terus menjaga lingkungan dan memanfaatkan hasil pengelolaan sampah organik. (MC Jatim/ida-mad/eyv)