- Oleh MC PROV GORONTALO
- Jumat, 22 November 2024 | 08:11 WIB
: Pelatihan pengelolaan komunitas penggerak literasi dalam rangkaian Festival Literasi Gorontalo yang dilaksanakan oleh Komunitas Bele Ponuwa. (Foto: istimewa)
Oleh MC PROV GORONTALO, Minggu, 6 Oktober 2024 | 13:34 WIB - Redaktur: Bonny Dwifriansyah - 210
Kota Gorontalo, InfoPublik – Para pegiat literasi di Gorontalo terus menguatkan ekosistem literasi sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satunya dilakukan oleh Komunitas Bele Ponuwa di Kabupaten Gorontalo. Sejumlah kegiatan digelar dalam rangkaian Festival Literasi Gorontalo.
“Yang sudah kami gelar adalah pelatihan pengelolaan komunitas penggerak literasi pada 28 September dan pelatihan jurnalistik bagi mahasiswa pada 29 September,” kata Ikraeni Safitri, Ketua Komuntas Bele Ponuwa, Sabtu (4/10/2024).
Ikraeni menjelaskan bahwa pelatihan pengelolaan komunitas penggerak literasi merupakan upaya peningkatan kapasitas pegiat komunitas literasi, terutama kaum muda untuk memberi penguatan pada setiap individu peserta.
“Pada pelatihan ini peserta mendapat motivasi dan dibekali teknik cara mengelola komunitas, mengembangkan jejaring, dan mampu mengelola komunitas literasi secara mandiri. Narasumber dalam kegiatan ini adalah Dr. Suleman Bouti M.Hum, pengajar program Pascasarjana UNG dan pengelola Wikipedia Bahasa Gorontalo,” ujar Ikraeni.
Penggerak literasi adalah perseorangan adat komunitas yang dibentuk, dilatih, dan diberdayakan untuk menjadi motor kemajuan di lingkungan masing-masing. Mereka adalah para pendidik dan pegiat literasi yang memiliki misi dan komitmen untuk memajukan pendidikan Indonesia. Mereka juga telah teruji untuk menjadi pendamping masyarakat dengan berbagai tantangan yang dihadapi.
“Para pejuang literasi ini seharus mendapatkan penguatan dan pelatihan, dukungan program literasi, pendampingan dan mentoring, akses kolaborasi, penghargaan dan apresiasi, serta pemberdayaan ekonomi,” papar Ikraeni.
Melihat kondisi lapangan di Gorontalo, pelatihan pengelolaan komunitas penggerak literasi sangat dibutuhkan dalam upaya peningkatan kapasitas mereka untuk terus belajar, berkarya, dan berdaya. Membangun kolaborasi, menciptakan inisiasi, dan memberikan arti.
“Kegiatan yang lakukan ini dilaksanakan secara klasikal dengan metode tanya jawab dan diskusi,” tutur Ikraeni yang juga pengajar di Program Studi Konservasi Hutan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Gorontalo.
Ikraeni menjelaskan bahwa pelatihan ini dilaksanakan Komunitas Bele Ponuwa lewat kerja sama dengan Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, serta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. (MC Gorontalo)