- Oleh MC KAB BLORA
- Senin, 18 November 2024 | 21:20 WIB
: Rakor TPPS dan Persiapan SSGI 2024 Kabupaten Blora
Oleh MC KAB BLORA, Jumat, 4 Oktober 2024 | 23:02 WIB - Redaktur: Santi Andriani - 202
Blora, InfoPublik - Staf Ahli Bupati Blora Bidang Sosial Budaya dan Kemasyarakatan Retno Kusumowati menegaskan, survei status gizi Indonesia (SSGI) merupakan kegiatan yang sangat penting untuk memantau perkembangan status gizi masyarakat.
“Data yang diperoleh dari survei ini akan menjadi dasar bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan-kebijakan terkait dengan perbaikan gizi masyarakat,” kata Retno Kusumowati dalam rapat koordinasi Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dan Persiapan SSGI 2024 di ruang pertemuan Setda Blora, Jumat (4/10/2024).
Ia menambahkan, SSGI memberikan gambaran status gizi balita sehingga bisa disimpulkan apakah balita tersebut masuk kategori stunting (gangguan pertumbuhan dan perkembangan akibat kekurangan gizi), wasting (kondisi berat badan menurun), underweight (berat badan kurang), atau bahkan overweight (berat badan berlebih).
”Giat SSGI ini dilakukan lima tahun sekali. Tahun 2024 ini, lokasi SSGI sejumlah 75 blok sensus,” imbuh Retno. Antara lain, Kecamatan Jati di empat desa/kalurahan, Kecamatan Randublatung (8), Kecamatan Kradenan (3), Kecamatan Kedungtuban (5), Kecamatan Cepu (6) Kecamatan Sambong (3), Kecamatan Jiken (3), lalu Kecamatan Jepon di lima desa/kelurahan.
Selanjutnya di Kecamatan Blora di delapan desa/kelurahan, Kecamatan Banjarejo (6), Kecamatan Tunjungan (4), Kecamatan Ngawen (5), Kecamatan Kunduran (6), dan di Kecamatan Todanan di lima desa/kelurahan.
Ditegaskannya, kepada para Camat, Kepala Puskesmas, kepala dan perangkat desa untuk melakukan persiapan pendampingan saat petugas survei bergerak ke lapangan, didampingi sesuai dengan sasaran yang diinginkan dan memastikan prosesnya berjalan lancar.
“Saya berharap dalam pendampingan survei sampai keluar hasilnya nanti bisa sejalan dengan program-program penanganan stunting yang kita lakukan bersama. Hasil survei akan menjadi gambaran dan perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan hingga lima tahun ke depan,” kata Retno Kusumowati.
Selanjutnya terkait pelaksanaan audit kasus stunting (AKS), tahap 2/2024, seleksi kasus audit dilakukan terhadap identifikasi potensi kasus audit yang dibahas bersama Tim Audit Kasus Stunting dengan pertimbangan antara lain kasus yang tidak menunjukkan perbaikan setelah diberikan intervensi pada fasilitas kesehatan (faskes) tingkat pertama, kasus stunting yang tinggi pada wilayah tertentu dan kelengkapan data.
“Perlu disepakati bahwa pengentasan stunting harus dilakukan secara terpadu serta butuh komitmen yang kuat dari semua stakeholder. Intervensi serentak pencegahan stunting merupakan aksi serentak pencegahan stunting melalui pendataan, penimbangan, pengukuran, edukasi bagi seluruh ibu hamil, balita dan calon pengantin. Saya minta semua stakeholder dan lintas sektor agar memperkuat pendampingan KIE hingga ke sasaran,” ungkapnya.
Ia menekankan kembali kepada seluruh stakeholder bahwa semua data yang disampaikan harus handal dan dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam rakor itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blora Edi Widayat antara lain menjelaskan pengumpulan data SSGI 2024 selain dilakukan wawancara terhadap responden, juga dilakukan pengukuran antropometri.
Antropometri dilakukan untuk mendapat informasi mengenai berat badan, tinggi/panjang badan, serta lingkar lengan atas (LiLA) pada balita dan pengukuran berat badan dan tinggi badan ibu balita.
“Antropometri merupakan penilaian status gizi pada suatu populasi. Ini memungkinkan identifikasi sub kelompok dalam populasi anak yang berisiko lebih tinggi mengalami gangguan pertumbuhan, penyakit, gangguan perkembangan mental dan kematian,” jelas Edi Widayat. (MC Kab Blora/Teguh).