Prototipe KUBE Tanpa Bantuan Pemerintah: Solusi Inovatif Pengentasan Kemiskinan

: narasumber utama Forum Group Discussion (FGD) Sahudin, dalam kegiatan yang digelar oleh Dinas Sosial Kota Bengkulu, di Aula Berendo, Jumat (20/9/2024).


Oleh MC KOTA BENGKULU, Jumat, 20 September 2024 | 10:00 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 51


Bengkulu,InfoPublik - Salah satu strategi yang diyakini efektif untuk mengentaskan kemiskinan selain melalui bantuan sosial seperti Program Keluarga Harapan (PKH), adalah pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang mandiri tanpa ketergantungan pada bantuan pemerintah.

Demikian dikatakan narasumber utama Forum Group Discussion (FGD) Sahudin, dalam kegiatan yang digelar oleh Dinas Sosial Kota Bengkulu, di Aula Berendo, Jumat (20/9/2024).

FGD tersebut dibuka oleh Kepala Dinas Sosial Kota Bengkulu, Sahat Situmorang, dan dihadiri oleh Koordinator Wilayah (Korwil) PKH Provinsi Bengkulu, Koordinator PKH Kota Bengkulu, serta para pendamping PKH.

Dalam sambutannya, Sahat pun menyambut baik prototipe manajemen investasi sosial yang dipresentasikan oleh Sahudin. Menurutnya, model ini memiliki potensi besar untuk mengentaskan kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat secara gotong royong.

“Ini adalah prototipe yang sudah diterapkan di beberapa daerah, terutama di Kabupaten Seluma. Konsep ini merupakan inovasi yang dapat menjadi solusi pengentasan kemiskinan berbasis gotong royong dan investasi kecil. Kami berharap model ini dapat memberikan manfaat luas bagi masyarakat,” ujar Sahat.

Dalam pemaparannya, Sahudin menjelaskan bahwa selama ini KUBE sering kali bergantung pada bantuan pemerintah. Oleh karena itu, ia memperkenalkan inovasi baru berupa KUBE mandiri yang berfokus pada literasi keuangan dan investasi.

Tujuan utama dari model ini adalah mendorong masyarakat kurang mampu untuk mulai berinvestasi, meskipun dengan jumlah yang kecil.

“Saya mengembangkan konsep KUBE yang tidak lagi bergantung pada bantuan pemerintah. Melalui pencerdasan literasi keuangan, saya mendorong masyarakat untuk memiliki kesadaran investasi, meskipun hanya dalam jumlah kecil. Untuk mengubah kehidupan orang miskin, mereka harus memiliki kesadaran akan pentingnya investasi,” ungkap Sahudin.

Konsep yang diusung Sahudin ini didasarkan pada penelitian disertasinya yang mengangkat tema "Prototipe Manajemen Investasi Masyarakat Kurang Mampu."

Ia menilai, selama ini konsep investasi sering kali diasosiasikan dengan kalangan menengah ke atas, sementara masyarakat kurang mampu jarang tersentuh oleh program investasi.

Menurut Sahudin, investasi dalam kelompok kecil, jika dilakukan secara kolektif, dapat memberikan dampak yang signifikan. Ia mengilustrasikan konsep ini dengan analogi sapu lidi: “Jika satu lidi saja, ia tidak akan mampu melakukan banyak hal. Namun jika lidi-lidi itu disatukan, mereka bisa menjadi alat yang kuat,” jelasnya.

Sebagai contoh, di Kabupaten Seluma, kelompok masyarakat yang tergabung dalam KUBE mengumpulkan Rp 50 ribu per orang dalam kelompok beranggotakan 10 orang. Dengan total Rp 500 ribu per bulan, dalam dua bulan mereka sudah bisa membeli seekor kambing untuk dikembangkan sebagai sumber pendapatan.

“Jika pola ini diterapkan secara masif dan rutin, maka perubahan ekonomi akan terasa. Saya percaya, dengan manajemen investasi yang terukur, masyarakat kurang mampu bisa mandiri secara ekonomi,” tambah Sahudin.

Ia berharap, setelah melalui tahap uji coba dan seminar, konsep manajemen investasi ini dapat diadopsi oleh Kementerian Sosial dalam program-program pengentasan kemiskinan. Selain itu, Sahudin juga meminta masukan dari para pendamping PKH untuk menyempurnakan prototipe ini sebelum diterapkan secara lebih luas.

Dengan konsep ini, Sahudin optimistis masyarakat miskin bisa bertransformasi menjadi lebih mandiri dan sejahtera tanpa terus bergantung pada bantuan pemerintah. (**)