- Oleh MC KOTA TIDORE
- Rabu, 20 November 2024 | 12:24 WIB
: Doktor Ilmu Bimbingan dan Konseling, Hasrul Wahid. (Istimewa)
Oleh MC KOTA TIDORE, Kamis, 19 September 2024 | 13:35 WIB - Redaktur: Inda Susanti - 172
Ternate, InfoPublik – Kasus perundungan yang terjadi di salah satu Sekolah Dasar (SD) Negeri di Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara, hingga menyebabkan meninggalnya seorang siswa kelas 6 telah membuka mata banyak pihak akan pentingnya pencegahan bullying di sekolah.
Doktor Ilmu Bimbingan dan Konseling, Hasrul Wahid, menekankan bahwa masalah perundungan tidak boleh dianggap sepele oleh semua pelaku pendidikan.
"Kasus bullying di sekolah bisa terjadi karena banyak faktor, seperti kurangnya pengawasan dari pihak sekolah, lingkungan keluarga yang kurang kondusif, serta pengaruh teman sebaya dan media sosial," ujarnya, Rabu (18/9/2024).
Salah satu kendala yang ditemukan di hampir semua SD di Kota Ternate adalah kurangnya konselor sekolah atau guru Bimbingan dan Konseling (BK) yang dapat membantu siswa menyelesaikan masalah pribadi, termasuk bullying.
Menurut Hasrul, hal ini seharusnya menjadi perhatian Dinas Pendidikan Kota Ternate sesuai dengan Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014.
"Dinas Pendidikan seharusnya menyediakan guru BK atau konselor di setiap SD. Jika tidak memungkinkan, setidaknya ada konselor kunjung di UPTD yang bekerja sama dengan guru kelas dan guru mata pelajaran untuk menangani perilaku bullying," tambah Hasrul, yang juga merupakan pengajar di PGSD ISDIK Kie Raha Maluku Utara.
Dia juga menekankan bahwa jika masalah bullying tidak segera diatasi, dampaknya akan berbahaya baik bagi korban maupun pelaku. Oleh karena itu, pencegahan harus menjadi prioritas.
Hasrul mengusulkan beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah bullying di SD di Kota Ternate. Pertama, diperlukan kesadaran bersama. Semua pihak harus memahami bahaya bullying dan pentingnya sosialisasi serta pendampingan di seluruh sekolah.
Pemerintah Kota Ternate diharapkan dapat menyusun program pencegahan bullying yang melibatkan berbagai pihak terkait.
Kedua, pentingnya kolaborasi antar guru. Guru kelas, guru mata pelajaran, dan konselor sekolah harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pengembangan potensi siswa dan pencegahan bullying. Kolaborasi ini akan membantu siswa berkembang secara optimal dan mengatasi masalah yang mereka hadapi di sekolah.
Selain peran guru, Hasrul juga menekankan peran keluarga dalam mencegah bullying. Orang tua memiliki peran penting dalam mendidik anak di rumah, terutama dalam hal pendidikan karakter.
Kerja sama antara orang tua dan sekolah sangat dibutuhkan untuk memantau perkembangan siswa dan memastikan mereka terhindar dari perilaku bullying.
Tidak kalah pentingnya, masyarakat juga memiliki tanggung jawab dalam upaya pencegahan bullying. Hasrul menjelaskan bahwa masyarakat harus berperan aktif dalam menjaga norma sosial dan tidak menormalisasi kasus bullying.
"Masyarakat Kota Ternate sebaiknya terus menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan dan menghargai perbedaan untuk menjaga lingkungan sosial yang positif," tandasnya.
Dengan langkah-langkah pencegahan yang melibatkan berbagai elemen masyarakat, diharapkan kasus bullying di sekolah dapat berkurang dan siswa dapat belajar di lingkungan yang aman dan kondusif. (Ika F/MC Tidore)