Triwulan Pertama, Dinkes P2KB Tuban Temukan 442 Kasus TBC

: Foto : Petugas Dinkes P2KB saat proses screening dan identifikasi kontak erat TBC . (dok)


Oleh MC KAB TUBAN, Senin, 1 April 2024 | 16:24 WIB - Redaktur: Juli - 92


Tuban, InfoPublik – Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Kabupaten Tuban mencatat, mulai 1 Januari hingga 31 Maret 2024 (triwulan pertama) telah ditemukan 442 penderita  Tuberkulosis (TBC).

Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Esti Surahmi, melalui Kepala Bidang  Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes P2KB Syahrul Afifa Ratna Sari, mengatakan bahwa jumlah tersebut mengalami peningkatan  dibandingkan bulan sebelumnya.

“Jumlahnya bertambah sekitar 181 orang,” ujarnya kepada reporter Diskominfo SP Tuban, Senin (1/4/2024).

Menurutnya, peningkatan jumlah kasus penyakit TBC tersebut merupakan hasil dari kegiatan pelacakan dan skrining yang dilakukan oleh Dinkes P2KB, sesuai dengan target Dinkes P2KB Tuban untuk mengidentifikasi 90 persen jumlah kasus TBC yang diperkirakan. Tujuan dari kegiatan pelacakan dan skrining ini adalah untuk meningkatkan temuan kasus TBC yang selanjutnya si pasien dapat pengobatan sesuai standar.

Selain itu, pihaknya juga melakukan pelacakan dan skrining kepada minimal delapan kontak erat penderita TBC yang telah ditemukan.

Delapan kontak erat tersebut, imbuh Ratna, harus melakukan pemeriksaan dahak, untuk bayi atau balita dengan gizi buruk atau yang kontak erat dengan pasien TBC, maka akan dilakukan Tes Mantoux.

Tes Mantoux adalah pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi infeksi atau paparan terhadap bakteri penyebab tuberkulosis. Tes tersebut dilakukan dengan menyuntikkan bahan tuberkulin ke dalam kulit pasien bagian bawah lengan. Jika terjadi pembengkakan atau kemerahan di area penyuntikan, itu menunjukan adanya paparan atau infeksi TBC di dalam tubuh.

Lebih lanjut, apabila hasil pemeriksaan terhadap individu yang memiliki kontak erat dengan penderita TB menunjukkan hasil negatif, diharuskan bagi mereka untuk mengonsumsi obat Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) yang tersedia secara gratis di fasilitas layanan Kesehatan, seperti puskesmas atau rumah sakit. Hal tersebut bertujuan untuk melakukan tindakan pencegahan rutin yang dapat mengurangi risiko seseorang yang tinggal serumah dengan positif TB sekitar 60 sampai 90 persen.

Sesuai dengan tema peringatan Hari Tuberkulosis (TBC) se-dunia tahun ini, yang berjudul "Gerakan Indonesia Akhiri TBC untuk Generasi Emas 2045", pihaknya berharap adanya dukungan dari masyarakat dalam upaya mencapai eliminasi TBC pada 2030 mendatang. (yavid rahmat perwita/hei)