Naik Lagi Ternak Sapi yang Mati Capai 177 Ekor, Terungkap Ini Penyebabnya

: Konferensi pers di Kantor Dinas Ketahanan Pangan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Merauke


Oleh MC KAB MERAUKE, Jumat, 26 April 2024 | 07:41 WIB - Redaktur: Santi Andriani - 125


Merauke, InfoPublik - Kematian ternak sapi di Kabupaten Merauke terus alami peningkatan. Tercatat per 20 April 2024, kematian sapi naik menjadi 177 ekor dari sebelumnya 108 ekor yang dilaporkan mati. Penelitian juga mengungkap penyebab kematian sapi-sapi tersebut.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Merauke Martha Bayu Wijaya mengatakan, 177 ekor sapi yang mati tersebut tersebar di  empat distrik yakni Distriok Semangga sebanyak 43 ekor, Distrik Tanah Miring sebanyak 108 ekor, Distrik Kurik sebanyak 23 ekor dan Distrik Malind tiga ekor.

"Total sapi yang mati sampai tanggal 20 April sebanyak 177 ekor,’’ kata Martha Bayu dalam jumpa pers yang dilaksanakan, Rabu 24 April 2024 di Merauke.

Hadir pula Pejabat Otoritas Veteriner Provinsi Papua Selatan drh Rafael Heri Nugroho dalam jumpa pers dan menjelaskan bahwa berdasarkan hasil sementara pemeriksaan Balai Besar Veteriner Maros terhadap kematian sapi tersebut belum diketahui secara pasti dan masih dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Namun dari sampel yang dilakukan pemeriksaan terhadap sapi-sapi yang mati  ditemukan infestasi parasit dalam tubuh sapi yakni trypanosomiasis, babesiosis, theileosis, paramphistomiasis dan nematodosis. Sedangkan nyamuk, bukan  penyebab kematian dari sapi-sapi tersebut seperti yang disampaikan sebelumnya, nyamuk hanya sebagai vector/perantara.

Lanjut, kata Rafael untuk parasit yang disebutkan dapat diobati. Karena itu, pihaknya akan segera membentuk sejumlah tim, di antaranya tim pengobatan dan tim vaksinasi, sehingga sapi-sapi yang sakit bisa segera di tangani dan di obati, sedangkan sapi yang sehat akan di vaksin.

Untuk mengetahui sapi yang dalam keadaan sehat atau sakit, layak di potong atau tidak, Rafael berharap peternak untuk memotong ternaknya di rumah potong hewan (RPH) sehingga ternak-ternak yang akan dipotong dalam pengawasan dokter hewan.

‘’Dokter hewan yang bertugas akan memeriksa sapi itu layak di potong atau tidak. Apabila layak di potong berarti  daging  tersebut aman dan sehat untuk di konsumsi. apabila  ada sapi terindikasi sakit dan terindikasi terjangkit penyakit infeksius, pasti teman-teman dokter hewan menolak untuk dipotong dan hewan itu akan ditreatmen atau diobati, setelah sembuh baru bisa dipotong. Sehingga diharapkan peternak tidak memotong ternaknya di sembarang tempat tapi di bawa ke RPH,’’ terangnya.

Rafael meyakinkan bahwa parasit yang ditemukan dalam sapi dapat diobati dan tidak menular ke manusia, “Jadi masyarakat jangan panik dan kuatir, kita juga menunggu pengujian yang terus dilakukan oleh Balai Besar Veteriner Maros,”pungkasnya.(McMrk/Get/Ngr)