Ohoidertawun, Desa Kecil di Maluku Tenggara yang Punya Pelayanan Keagamaan Mumpuni

: Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah Provinsi Maluku Tenggara, Nico Ubro. Foto : Rikhard


Oleh MC KAB MALUKU TENGGARA, Senin, 29 April 2024 | 20:26 WIB - Redaktur: Inda Susanti - 208


Langgur, InfoPublik - Pemerintah daerah (Pemda) dalam kebijakan perencanaan dan penganggaran sangat menekankan pentingnya penyediaan sarana dan prasarana keagamaan. Bantuan keagamaan disalurkan secara massif dengan tujuan meningkatkan pelayanan keagamaan bagi masyarakat.

Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah Kabupaten Maluku Tenggara, Nico Ubro saat menghadiri peresmian Gereja Elim Jemaat GPM Ohoidertawun di Ohoi (desa) Ohoidertawun, Minggu (28/4/2024), mengatakan, masyarakat yang terlayani dari sisi keagamaan akan memberikan dampak pada meningkatnya pembangunan manusia dan pembangunan sosial.

Dia menjelaskan, konsep pembangunan sumber daya manusia, minimal harus mencakup aspek intelektual, emosional dan spiritual.

Aspek intelektual dari sisi pendidikan formal, sedangkan kemampuan emosional dan spiritual ditentukan pada aspek pelayanan kemasyarakatan.

“Itulah mengapa pemerintah daerah sangat gencar memberikan bantuan untuk mendukung pelayanan keagamaan dan kemasyarakatan,” ujarnya.

Namun demikian, menurut Ubro, bantuan saja tidak cukup, sebab evaluasi menunjukkan bahwa dukungan dan partisipasi masyarakat sangat mempengaruhi keberhasilan program. Termasuk di dalamnya niat dan ketulusan para pelaku yang menerima bantuan pemerintah.

“Masih terdapat panitia pembangunan rumah ibadah yang tidak menggunakan bantuan hibah secara baik. Kita bersyukur karena Ohoidertawun termasuk salah satu ohoi yang mampu menggunakan bantuan pemerintah dengan sangat baik,” ungkapnya.

Hibah Pemda untuk pembangunan Gereja Elim Tahun 2020 sebesar Rp1 miliar mampu dikelola secara baik sehingga Gereja Elim dapat diresmikan.

Ubro menekankan, rumah ibadah yang memadai menjadi salah satu faktor penting untuk membangun dan meningkatkan pelayanan keagamaan.

Gedung Gereja Elim yang baru diresmikan tersebut menjadi gambaran bahwa warga Ohoidertawun dari sisi pelayanan keagamaan sudah sangat mumpuni.

Meskipun Ohoidertawun bukan merupakan desa yang besar tetapi, dengan sumber daya yang dimiliki telah mampu merampungkan pembangunan gereja yang megah.

Pelayanan keagamaan, pelayanan sosial dan kemasyarakatan di Ohoi Ohoidertawun sudah mampu membangun modal sosial di ohoi. Ubro menyebut, elemen paling mendasar dari kesuksesan pembangunan adalah keberadaan modal sosial.

“Sebelum kita berbicara tentang modal ekonomi, sumber daya keuangan, maupun sumber daya alam, kita terlebih dahulu harus memiliki modal social,” pesannya.

Modal sosial adalah nilai-nilai luhur yang tumbuh berkembang di masyarakat. Persatuan, kekeluargaan, tenggang rasa dan empati merupakan aset keberadaan modal sosial di masyarakat.

Gambaran ini sekaligus menunjukkan tentang nilai luhur hidup berjemaat. Mewujudkan gereja yang bukan sekadar bangunan, tetapi gereja yang benar-benar hidup dan memberikan dampak bagi kemajuan masyarakat secara luas.

Hal yang bisa jadi pembelajaran, kata Ubro, bahwa niat yang dilandasi dengan ketulusan untuk membangun ohoi akan selalu mendapatkan jalur-jalur untuk keberhasilan.

“Saya yakin dan percaya, Gereja Elim dapat rampung dan diresmikan hari ini, karena ada niatan yang tulus serta dengan adanya persatuan dan dukungan dari seluruh warga ohoi,” ungkapnya.

Dia menambahkan, di Ohoidertawun terdapat tiga agama yang dianut warga yaitu Protestan, Katolik dan Islam. Meskipun berbeda-beda tidak sedikitpun mengurangi semangat dan jiwa kekeluargaan masyarakat Ohoi Ohoidertawun.

Hal ini adalah simbol persatuan dan kesatuan orang Kei. Di seluruh Tanah Kei, hal ini merupakan suatu nilai luhur yang sudah digariskan turun temurun.

“Contoh persatuan yang ada di Ohoidertawun, yang juga ada di ohoi-ohoi lainnya, yang mampu membangun rumah ibadah secara bersama-sama, akan menjadi model yang harus ditingkatkan di ohoi yang lain di Maluku Tenggara,” tutup Ubro. (MC Maluku Tenggara/Adolof Labetubun)