: Pemkab Maluku Tenggara kembangkan wisata religi sebagai magnet wisatawan - Foto : Maluku Tenggara/Rikhard
Oleh MC KAB MALUKU TENGGARA, Sabtu, 4 Mei 2024 | 15:43 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 111
Langgur,InfoPublik - Pembangunan monumen tugu Monsiyur (Mgr) Johannes Aertz, adalah manifestasi dari penghormatan, kerinduan, sekaligus menjadi sarana untuk mengenang jasa dan pengorbanan Mgr.Joahanes Aertz sebagai Martir Evav yang telah mencurahkan darahnya di Pulau Kei.
Penjabat (Pj) Bupati Maluku Tenggara (Malra) Jasmono, mengatakan, peristiwa kemartiran Mgr.Johannes Aertz, dan kawan-kawan di Kepulauan Kei, merupakan salah satu kisah paling heroik dalam sejarah perkembangan agama katolik di Indonesia.
“Umat menjadi saksi hidup, dari bentuk kesetiaan yang taat sampai mati,”kata Jasmono pada kegiatan peletakan batu pertama pembangunan monument tugu Mgr. Johanes Aertz di Ohoi Kolser,Kamis (2/5/2024).
Yang Mulia Uskup Johannes Aertz bersama rekan-rekannya, rela merenggang nyawa, agar umat gembalaanya tidak menjadi korban. Kisah ini memberikan keteladanan yang sungguh sangat luar biasa mulia.
Kisah pengorbanan Mosinyur bersama kawan-kawan, meninggalkan satu cerita yang sangat menyentuh dan menjadi daya tarik tersendiri bagi khalayak umum.
Sejalan dengan agenda pembangunan pariwisata di Kabupaten Maluku Tenggara, maka cerita-cerita sejarah yang berkaitan dengan penyebaran agama, turut menjadi obyek dan daya tarik wisata yang perlu kita kembangkan.
“salah satu jenis wisata yang kita kembangkan adalah Wisata Religi,”imbuhnya.Kisah-kisah pengorbanan, para misionaris, para pendeta dan termasuk para habib, yang menyebarkan agama di Kepulauan Kei sudah seharusnya dapat didorong untuk menarik wisatawan.Itu terutama wisatawan mancanegara yang memiliki hubungan kedekatan dari sisi negara asal, maupun budaya.
“Untuk itu, pembangunan monumen Monsinyur Johannes Aertz ini diharapkan menjadi salah satu destinasi wisata religi yang dikembangkan,”pintanya.
Salah satu kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Maluku Tenggara adalah penataan Kota Langgur.
Dia berharap, pembangunan monument yang berada di wilayah Kota Langgur secara tepat berada di jalur pariwisata daerah, akan semakin menambah warna dan keindahan Kota Langgur.
Satu hal yang harus sama-sama Kita perhatikan, adalah bagaimana asset-aset dan fasilitas umum di Kota Langgur, seperti bangunan, fasilitas penerangan jalan, monument, taman dan tanaman, landmark harus dapat dijaga keberlanjutannya.
Bersama-sama Kita mengawasi agar fasilitas yang sudah dibangun, ditata untuk keindahan, serta untuk menunjang fungsi kota, dapat tetap berfungsi secara baik, tidak dirusak oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab.
Keindahan kota yang didukung dengan fasilitas memadai, akan menjadikan wilayah Kota Langgur yang terdiri dari delapan Ohoi sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2011 dapat menjadi Kota yang indah, nyaman dan berfungsi secara optimal untuk menunjang aktivitas warga Kota Langgur.
Menurut Jasmono, sebagai umat Katolik yang ada di Pulau Kei wilayah pemerintah kabupaten Maluku Tenggara, harus memberikan penghormatan dan mengenang dengan sungguh pengorbanan Mgr. Johanes Aertz.
Di Ohoi (desa) Langgur, terdapat taman ziarah Mgr.Johannes Aertz dan Kawan-kawan. Monumen yang hari ini dibangun menjadi pelengkap sekaligus menggambarkan kecintaan umat kepada monsiyur dan kawan-kawan.
“Setiap orang yang melintasi jalur ini akan memandang dan mengetahui keberadaan Uskup Johannes Aertz yang sungguh mencintai tanah ini, bertahan sampai akhir hidupnya, untuk mendampingi umat yang dititipkan kepadanya,”tambanya.(MC.Maluku Tenggara/Adolof Labetubun/eyv).