FGD FLLAJ Kota Malang Bahas Rencana Rekayasa Lalin

:


Oleh MC KOTA MALANG, Minggu, 28 Juli 2024 | 17:01 WIB - Redaktur: Juli - 164


Malang, InfoPublik - Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (FLLAJ) Kota Malang menggelar Focus Group Discussion (FGD) di Mini Block OFfice Balai Kota Malang, Selasa (23/7/2024).

FGD kali ini membahas rencana rekayasa lalu lintas di beberapa titik, yaitu di simpang tiga Jalan KH Malik Dalam - Jalan Mayjen Sungkono, Jalan Buring-Jalan Bromo-Jalan Brigjen Slamet Riadi, Jalan Semeru dan di Jalan Bandung.

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang, Widjaja Saleh Putra mengatakan bahwa agenda ini merupakan tindak lanjut dari pembahasan di forum sebelumnya, serta menindaklanjuti hasil dari keluhan masyarakat yang disampaikan lewat program Ngobrol Mbois Ilakes (Ngombe).

"Pertama yaitu terkait rekayasa lalu lintas di simpang tiga Jalan Kyai Malik Dalam dan Mayjend Sungkono, Kedungkandang. Di sana itu volume kendaraan sangat melintas sangat tinggi, karena menjadi jalan utama dari kabupaten dan Kota Malang. Ini juga imbas dari tol Madyopuro juga," ungkap Widjaja.

Di kawasan tersebut yang bisa dilakukan adalah mengurangi kepadatan volume kendaraan, dan meski tidak signifikan tapi paling tidak bisa mengurangi. "Jadi nanti akan ada rekayasa lalin dari arah selatan atau dari arah Jl. Mayjend Sungkono yang belok kanan ke Kyai Malik Dalam. Ini kami utamakan karena menghambat kendaraan yang lurus ke arah Jembatan Kedungkandang. Kemudian juga untuk memanfaatkan jalan di bawah jembatan itu," urainya.

Konkretnya, kendaraan yang mau masuk ke arah timur yang hendak belok kanan ke Kyai Malik Dalam maka harus berputar melalui bawah jembatan. Nantinya akan dipasang rambu-rambu area tersebut.

Selanjutnya adalah membahas permasalahan di Jalan Brigjend Slamet Riadi. Pengendara yang dari Jalan Brigjend Salmet Riadi mau menuju ke arah Jalan Kawi dan Jalan Ijen selama ini harus memutar di ke Rajabali. Nantinya akan dilakukan rekayasa dengan memanfaatkan Jalan Buring yang selama ini satu arah. Jadi di Jalan Buring itu bisa dijadikan 2 arah. Jadi pengendara dari Jalan Brigjend Slamet Riadi itu bisa belok kanan ke Jalan Buring, untuk mengurangi beban arus yang ada di Jalan Basuki Rahmat.

"Ya ini yang saya maksud bahwa rekayasa lalu lintas harus terus dilakukan dengan penyesuaian kebutuhan di lapangan," tambah pria yang kerap disapa Jaya itu.

Sedangkan terkait dengan evaluasi yang ada di Jalan Semeru, pertemuan sisi jalan antara Jalan Basuki Rahmat utara dan selatan, selama ini terjadi kemacetan karena banyak kendaraan yang memilih untuk crossing.

"Apabila pengendara hendak menuju ke arah selatan atau sebaliknya, atau yang akan parkir, langsung crossing. Jadi solusinya adalah menambah median jalan kira-kira 20-30 meter, sehingga kendaraan tidak langsung crossing,” jelasnya.

Kemudian pembahasan keempat adalah terkait Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Jalan Bandung. Pihak FLLAJ akan mencoba memanfaatkan JPO yang ada di Jalan Ahmad Yani yang rencananya akan dibongkar karena juga dianggap tidak efektif dan efisien lagi.

"Nanti setelah dibongkar, akan kami kaji apakah bongkarannya ini bisa digunakan kembali di Jalan Bandung apa tidak. Karena di Jalan Bandung ini memang dibutuhkan JPO untuk mengurangi kemacetan akibat banyaknya siswa-siswi yang menyeberang secara bergantian," urai Widjaja.

Secara teknis, disebutkannya memang memungkinkan pemasangan JPO. “Tapi apakah bisa langsung diputuskan untuk realisasi, tidak juga. Karena harus dikaji terlebih dahulu apakah konstruksi JPO tersebut bisa dipindahkan begitu saja. Kalaupun bisa, kami juga masih harus mengkaji keberadaan taman di situ mau diapakan kalau ada JPO," jelasnya.

Untuk Jalan Bandung, pihaknya harus terus menerus berkomitmen menuntaskan, terutama untuk para orang tua penjemput dan pengantar sekolah. "Karena seluas apapun jalan tidak akan mampu menampung ketidakdisiplinan pengguna jalan," pungkas Widjaja. (say/yon)