:
Oleh MC KOTA MALANG, Rabu, 24 Juli 2024 | 15:09 WIB - Redaktur: Juli - 223
Malang, InfoPublik - Inovasi Sinau Mandiri Bersama Anak Satwimaba Istimewa (SIMBA ASIA) SMPN 2 Kota Malang mendapat apresiasi positif dari tim penilai Pemantauan Keberlanjutan dan Replikasi Inovasi (PKRI).
Setelah pekan lalu menjalani sesi wawancara dan presentasi secara virtual, inovasi yang merupakan hasil replikasi dan modifikasi dari inovasi Belajar Menarik Bersama Siswa Istimewa (Jarik Ma'Siti) SMPN 10 Kota Malang ini terpilih untuk menerima kunjungan verifikasi lapangan dari Tim Penilai Independen PKRI Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB), Selasa (23/7/2024).
Dukungan penuh diutarakan oleh Penjabat (Pj) Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat atas beragam inovasi yang dikembangkan sekolah dalam memfasilitasi siswa istimewa untuk dapat mengenyam pendidikan setara, seperti salah satunya SIMBA ASIA.
Dalam verifikasi lapangan ini, Wahyu turut mendampingi tim penilai kala melakukan pengamatan kegiatan belajar mengajar dan wawancara langsung, baik kepada guru maupun siswa.
“Alhamdulillah inovasi dari SMPN 2 Kota Malang ini bisa masuk sepuluh besar nasional. Kali ini tim penilai melihat sejauh mana kesesuaian antara apa yang dipaparkan kemarin dengan kondisi lapangan, juga wawancara langsung. Alhamdulilah kita dapat acungan jempol dan insyaallah bisa masuk lima besar nantinya," tuturnya.
Wahyu optimis inovasi SIMBA ASIA akan mendapatkan prestasi karena ini merupakan inovasi dari hulu ke hilir yang tentunya berdampak bagi masyarakat, khususnya bagi para peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus.
SIMBA ASIA secara resmi dilaksanakan sejak 2023 lalu, namun konsep ini telah diterapkan sejak 2022. SIMBA ASIA hadir sebagai respons atas kebutuhan peserta didik yang memiliki keistimewaan dengan mengembangkan pembelajaran diferensiasi.
Kepala SMPN 2 Kota Malang Riatiningsih, S.Pd, MM menuturkan bahwa pelaksanaan program ini menjadi jawaban atas hasil asesmen terhadap peserta didik yang hasilnya teridentifikasi 17 anak istimewa yang membutuhkan pendampingan khusus. Siswa istimewa ini memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, di antaranya belum bisa lancar baca tulis dan berhitung dan slow learner.
Ria mengungkapkan tidaklah mudah memberi pemahaman kepada para orang tua siswa. "Awalnya, orang tua juga ada yang tidak bisa menerima karena anaknya termasuk istimewa, tetapi kami berikan pengertian sehingga kini mereka support dengan apa yang kami lakukan untuk anak-anak ini," beber Ria.
Lebih lanjut Ria menerangkan, dalam inovasi SIMBA ASIA ada dua hal utama yang ditekankan, yakni pembekalan kemandirian dan adanya Sahabat Siswa. Dalam pembekalan kemandirian, siswa diberi pelatihan melakukan kegiatan yang bagi orang normal merupakan sebuah hal sederhana namun sulit dilakukan bagi mereka yang berkebutuhan khusus seperti memasang kancing, menjahit sederhana, menggoreng telur, bahkan menyeterika. "Jadi kita latih hal-hal sederhana agar mereka bisa lebih mandiri, ya kegiatan yang sehari-hari kita lakukan," ujarnya.
Melalui SIMBA ASIA, SMPN 2 Kota Malang juga melibatkan peserta didik lain untuk juga berempati kepada rekannya yang berkebutuhan khusus dengan menjadi Sahabat Siswa. "Jadi mereka siap mendampingi teman-temannya yang biasanya menyendiri, malu, atau sering di-bully. Awalnya kami rekrut, tapi sekarang banyak yang ikut. Sahabat Siswa ini juga tidak kami beri tahu siapa temannya yang istimewa itu, tapi mereka melihat kondisi teman-temannya yang punya sikap seperti tadi lalu mendampinginya," terang Ria lebih lanjut.
Ria menyebutkan bahwa tak ada perbedaan materi pembelajaran yang diberikan pada siswa inklusi dan reguler, namun demikian guru siap memberikan diferensiasi pembelajaran. "Secara garis besar tujuan pembelajaran yang diberikan sama, namun cara penyampaiannya berbeda, juga penilaiannya kita bedakan dan tentunya kami beri pendampingan lebih," sambungnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang Suwarjana menyampaikan tidak bisa dimungkiri bahwa memang banyak siswa istimewa yang bersekolah di sekolah reguler.
Pihaknya berkomitmen untuk tetap memberikan pelayanan kepada semua siswa tanpa membedakan kondisinya di tengah keterbatasan guru pendamping khusus (GPK), maka salah satu strategi yang diterapkan adalah dengan inovasi seperti Jarik Ma'Siti, SIMBA ASIA, dan inovasi lain yang dikembangkan di setiap sekolah.
"Siswa istimewa tidak bisa kami tolak, jadi harus tetap kami terima dan ajari. Padahal GPK tidak ada, karena kebanyakan GPK latar belakangnya malah bukan S1 Pendidikan, tetapi Psikologi. Jadi kami tetap melayani anak berkebutuhan khusus tanpa adanya GPK, dan alhamdulilah teman-teman guru di Kota Malang ini kerjanya luar biasa," pungkasnya. (ari/yon)