SSB ini melingkupi kebutuhan para pengguna teknologi pendengaran, baik itu alat bantu dengar (ABD) maupun implan koklea, karena di Gorontalo fasilitas dan sumber daya manusianya belum tersedia.
Layanannya meliputi pemeliharaan alat, cetak earmould, servis, seting alat yang dikenal dengan mapping untuk implan dan fitting untuk ABD, konsultasi, pembelian sparepart dan aksesoris. Selain itu, Forkah juga memfasilitasi kelas orang tua dan kegiatan untuk anak-anak tuna rungu agar dapat berbaur dan berinteraksi satu sama lain.
Anang mengapresiasi atas apa yang telah dilakukan oleh komunitas ini bersama orang tua sehingga anak-anak tuna rungu ini bisa menggunakan alat-alat bantu yang bisa menolong dalam berinteraksi dengan sesama secara normal.
“Pemerintah berkomitmen dan mempunyai kewajiban untuk memberikan perhatian kepada seluruh masyarakat agar mendapatkan pelayanan kesehatan, termasuk pemenuhan alat-alat medis yang menunjang keperluan deteksi dini, intervensi dan habilitasi gangguan dengar di Gorontalo termasuk program dalam bidang kesehatan, khususnya yang menangani masalah pendengaran,” tutur Anang, Senin (8/7/2024).
Anang mengungkapkan, di setiap fasilitas pelayanan kesehatan, mulai dari puskesmas hingga rumah sakit, terdapat pelayanan bagi gangguan pendengaran.
“Kami mendorong untuk Fasyankes seperti Rumah Sakit Provinsi Gorontalo dr. Hasri Ainun Habibie bisa terus meningkatkan pelayanannya, mulai dari deteksi dini hingga terapi lebih lanjut,” ungkap Anang.
Adanya alat-alat dan SDM yang memadai diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup generasi ke depan yang mengalami gangguan pendengaran karena sedini mungkin dapat dideteksi dan diintervensi dengan tepat.
Kegiatan SSP yang dihadiri oleh audiologis dari Hearlife Surabaya ini merupakan kelanjutan dari program sebelumnya, yaitu Upaya Deteksi Dini Gangguan Pendengaran pada Bayi dan Anak yang dilaksanakan di Rumah Sakit Provinsi dr. Hasri Ainun Habibie, yang bekerja sama dengan provider dan tim dari Medel Jakarta. (mcgorontaloprov/md/ilb/nancy)