: Foto : DPC Pertuni Kabupaten Tuban saat gelar muscab. (chusnul)
Oleh MC KAB TUBAN, Rabu, 3 Juli 2024 | 06:54 WIB - Redaktur: Juli - 133
Tuban, InfoPublik - DPC Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Kabupaten Tuban menyelenggarakan Musyawarah Cabang (Muscab) Pertuni Tuban di ruang rapat paripurna DPRD setempat, Selasa (2/7/2024).
Muscab tersebut diikuti 80 anggota untuk pemilihan Ketua DPC dan Dewan Pengawas Cabang Pertuni Kabupaten Tuban periode 2024-2029.
Ketua DPP Pertuni Jawa Timur, Setiawan Gema Budi yang hadir saat itu mengatakan, selain muscab untuk memilih ketua dan dewan pengawas lima tahun ke depan, kegiatan ini juga diisi seminar yang menghadirkan narasumber dari salah satu pemerhati difabel dari Kabupaten Bojonegoro.
Kegiatan seminar kewirausahaan ini, kata Gema, menjadi fokus utama pada kegiatan hari ini. Kebetulan narasumbernya juga memiliki putra penyandang disabilitas.
"Dalam seminar ini, Pertuni Tuban fokus pada branding jamu tradisional yang dibuat oleh para anggota," ungkapnya.
Lanjut dia, sebab 90 persen anggota Pertuni Tuban berprofesi sebagai tukang pijat yang memberikan refleksi sentuhan fisik. Sehingga, menurutnya dibutuhkan pola keseimbangan agar rasa nyaman dan sehat dirasakan pasien.
"Caranya dicampur antara pijat dan jamu tradisional itu. Sebab, mereka ini dibekali keahlian dalam memijat atau sekolah terlebih dahulu tidak asal-asalan," tegas dia.
Gema mengaku, anggota Pertuni yang berprofesi sebagai pemijat, telah menempuh pendidikan sekolah terapi pemijatan 3 tahun yang merupakan binaan dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur.
"Mereka sudah memiliki sertifikasi Surat Terdaftar Penyehat Tradisional (STPT), yang fokus pada dasar anatomi fisiologi dan anatomi patologi. Dasar patologi inilah yang menjadi dasar pembuatan produk jamu itu," jelasnya.
Agar upaya itu dapat optimal di masyarakat, Gema menegaskan, butuh kolaborasi dengan keluarga maupun lingkungan inklusif. Sebab, terkait visualisasi seperti takaran maupun pembelian bahan, penyandang tunanetra pasti membutuhkan kolaborasi atau bantuan orang lain.
"Kalau untuk marketing, pengemasan label saya kira teman-teman Pertuni bisa melakukan itu. Tapi kalau terkait visualisasi kami butuh kolaborasi, dan inilah yang menjadi konsep kewirausahaan kali ini," sambung Gema.
Terkait itu, ia berharap agar produk jamu tradisional milik Pertuni ke depan dapat semakin dikenal oleh masyarakat luas. Sehingga butuh dukungan dari Pemkab Tuban maupun pihak swasta lainnya. "Harapannya produk jamu tersebut dapat masuk di pasaran dan mendapatkan bimbingan dari Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan (Diskopumdag) Tuban," harapnya.
Gema juga berharap, pengurus baru yang terpilih dapat segera menyusun progam kerja yang fokus pada kewirausahaan, dengan melakukan kolaborasi dengan pemkab maupun swasta.
"Karena tidak semuanya bisa diselesaikan sendiri, kolaborasi sangatlah dibutuhkan sesuai dengan UU Nomor 8 Tahun 2016 tentang Kesempatan Tunanetra untuk Berwirausaha," pungkasnya. (chusnul huda/hei)