- Oleh Baheramsyah
- Selasa, 7 November 2023 | 06:03 WIB
: Ilustrasi pengunjung Tahura Lati Petangis Kabupaten Paser. Foto: MC Paser/Irfan
Oleh MC KAB PASER, Rabu, 20 Maret 2024 | 12:27 WIB - Redaktur: Untung S - 128
Paser, InfoPublik – Taman Hutan Raya (Tahura) Lati Petangis yang berada di Kabupaten Paser Kalimantan Timur (Kaltim), mengembangkan budi daya serai wangi di lahan 14 hektare (ha) yang bisa diolah menjadi minyak atsiri.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Paser mengatakan pengolahannya melalui penyulingan, bahkan limbahnya bisa diproduksi kembali menjadi sabun cuci piring, pelembut pakaian dan balsam.
“Bahan pokoknya, tanaman serai wangi itu sedang kita kembangkan. Sudah ada contohnya, dari tanaman itu bisa kita ambil minyaknya untuk parfum. Limbahnya, namanya cairan hidrosol, bisa diproduksi lagi menjadi sabun, pelembut pakaian, dan balsam,” kata Kepala DLH Paser Achmad Safari di Tanah Grogot, Rabu (20/3/2024).
Saat ini Tahura Paser bersama kelompok wanita tani di empat desa yaitu Saing Prupuk, Petangis, Tabru, dan Mengkudu, sedang mengembangkan bahan pokok untuk produksi tersebut.
Menurut Teguh tanaman serai wangi yang di tanam di lahan terbuka dan lereng bukit di kawasan konservasi tersebut berfungsi sebagai penahan laju erosi.
Pemanfaatan hasil budidaya menjadi sesuatu bernilai ekonomi, katanya, bertujuan untuk merangsang para kelompok tani menanam.
“Sehingga dengan kawasan Tahura bisa lestari secara lingkungan, dan lestari pula secara sosial dan ekonomi masyarakat,” ujarnya.
Ia menambahkan, untuk produksi skala besar, pihaknya telah menjalin komunikasi dengan pengusaha yang siap membeli minyak atsiri. Mereka merupakan pengusaha yang tergabung dalam Dewa Atsiri Indonesia.
“Karena minyak yang dihasilkan nanti untuk dieskpor, maka kita komunikasinya melalui pengusaha dari Atsiri,” ucap Teguh.
Idealnya, lanjut Teguh, untuk produksi skala besar, lahan 10 ha sudah cukup untuk memenuhi pabrik. Saat ini Tahura memiliki gedung penyulingan, yang berisi dua mesin. Satu mesin untuk menyuling serai, dan mesin lainnya untuk menyuling nilam.
Ia menceritakan baru-baru ini kelompok tani setempat sudah pernah panen 18 rumpun serai, kurang lebih sebanyak 200 kilogram, yang dihargai Rp500 per kilogramnya.
Jika nanti target produksi sudah besar, sebagai komitmen kerja sama usaha, Tahura Paser akan menjadwalkan penandatanganan kerja sama antara Bupati Paser dengan pengusaha yang tergabung di Dewan Atsiri.
“Sudah ada pembicaraan dengan mereka. Prinsipnya mereka siap menampung hasil penyulingan minyak atsiri Tahura,” tegas Teguh.
Teguh mengatakan permintaan ekspor minyak atsiri dari Indonesia ke luar negeri cukup besar, namun sayangnya tidak terpenuhi. Diketahui, produksi minyak atsiri berkembang pesat di wilayah Jawa Barat, Sumatra Utara, dan Sumatra Selatan. (MC Paser/Irfan)