Pengomposan, Cara Alternatif Mengolah Sampah Organik

:


Oleh MC KAB SLEMAN, Kamis, 14 Desember 2023 | 14:55 WIB - Redaktur: Tobari - 53


Sleman, InfoPublik - Sampah menjadi masalah klasik dari waktu ke waktu yang sepertinya tidak terselesaikan. Bahkan sampah bisa menimbulkan  permasalahan sosial dan kesehatan yang serius akibat  pencemaran lingkungan karena banyaknya sampah yang dibuang ke sungai atau ke tempat pembuangan sampah akhir.

"Ditutupnya beberapa tempat pembuangan sampah akhir beberapa waktu lalu jelas menjadi tantangan dalam  pengelolaan sampah  hal ini menuntut tanggungjawab kita untuk mengolahnya, yang  bisa dimulai dari keluarga kita sendiri,” demikian dikatakan oleh Tri Rahayu, Ketua penggerak PKK Kalurahan Donoharjo saat membuka Pelatihan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga yang berlangsung di Balai Kencono Padukuhan Bakalan, Donoharjo, Ngaglik, Sleman, Rabu (13/12/2023).

Lebih lanjut ia mengatakan perilaku rumah tangga atau kebiasaan sehari-hari memicu semakin bertambahnya jumlah sampah yang biasa nya didominasi oleh sampah organik,  sisa pengolahan  makanan yang berasal dari dapur.

“Dengan demikian dibutuhkan wawasan bagaimana cara pengelolaan sampah rumah tangga yang baik dan benar agar sampah memiliki nilai tambah dan kondisi lingkungan menjadi lebih sehat,” tukasnya.

Hadir sebagai narasumber Kusnadi Priyono, seorang pemerhati dan praktisi lingkungan hidup. Dirinya mengatakan bahwa  salah satu cara mengolah sampah adalah dengan memilah jenis sampah.

"Terdapat tiga jenis sampah menurut material atau bahan bakunya yaitu organik dan anorganik serta bahan berbahaya dan beracun atau B3. Ketiga sampah ini perlu dipilah sesuai dengan jenisnya agar mudah diolah," jelas Kusnadi.

Kusnadi menjelaskan, sampah organik adalah bahan organik yang bisa membusuk seperti sisa makanan, sisa sayuran atau buah, daun-daun kering dan sebagainya.

“Jenis sampah ini bisa diolah menjadi kompos . Cara pembuatan kompos bisa menggunakan komposter yang dibuat dari ember tumpuk untuk skala rumah tangga ataupun menggunakan modifikasi tong kapasitas besar untuk dipakai bersama sama (komunal),” imbuh Kusnadi.

“Prosesnya sangat sederhana, sampah organik seperti potongan buah sayuran, dedaunan, dipotong kecil 1 sampai 2 cm kemudian dimasukkan ke dalam komposter yang sebelumnya diberikan pupuk organik yang sudah jadi dan disemprot dengan menggunakan bioaktivator bisa menggunakan EM4 , mol (mikroorganisme lokal ) ditambah dengan tetes tebu lakukan penyemprotan setiap kali memasukkan sampah dan tutup rapat kembali komposter," terangnya.

Dari proses tersebut, nantinya akan diperoleh dua produk yang bermanfaat bagi kesuburan dan produktivitas tanaman yaitu pupuk organik cair (POC) dan pupuk padat atau kompos.

"POC dikeluarkan melalui kran bagian bawah komposter. Sedangkan kompos diperoleh dari pembusukan bahan oranik  padat. Kedua bahan tersebut, POV dan kompos sangat berguna  untuk meningkatkan kesuburan dan produktivitas tanaman,” tutup Kusnadi. (Upik Wahyuni KIM Donoharjo/toeb)