Sekda Zulfinasran Paparkan Potensi Kedelai Parigi Moutong di Menkomarves RI

:


Oleh Kabupaten Parigi Moutong, Rabu, 11 Oktober 2023 | 00:21 WIB - Redaktur: Kusnadi - 73


Parigi Moutong, InfoPublik - Sekretaris Daerah Kabupaten Parigi Moutong paparkan potensi Kedelai di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) RI di Jakarta, Selasa (10/10/2023).

Sekda Parimo Zulfinasran menyampaikan, kedelai merupakan salah satu komoditas pangan yang strategis di Indonesia. Kedudukan kedelai sebagai komoditas palawija yang kaya akan kandungan protein nabati yang dalam pemanfaatanya memiliki kegunaan yang beragam, terutama sebagai bahan baku industri makanan (tahu, tempe, tauco dan susu kedelai) serta bahan baku industri pakan ternak.

Sekda menjelaskan, untuk data produksi Kedelai 5 tahun terakhir Kabupaten Parigi Moutong yaitu tahun 2018 total produksi Ton 993,65, tahun 2019 produksi Ton 1.674,91, tahun 2020 produksi Ton 178,15, tahun 2021 produksi Ton 0,00 dan tahun 2022 produksi Ton 451,48.

Sedang untuk harga produsen dan eceran kedelai di Kabupaten Parigi Moutong dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2021 yaitu harga produsen Rp8.000 dan harga eceran Rp12.000. Untuk tahun 2022 harga produsen Rp12.000 dan harga eceran Rp 15.000.

Sementara untuk bantuan Kedelai 5 tahun terakhir (APBN) yaitu tahun 2019 Kecamatan Bolano Lambunu 92,50 Ha, Kecamatan Parigi Utara 12,00 Ha, Kecamatan Kasimbar 28,00 Ha dan Kecamatan Sausu 38,50 Ha Total 169,00.

Tahun 2021 yaitu Kecamatan Obgka Malino 255,50 Ha, Kecamatan Taopa 36,50 Ha, Kecamatan Palasa 88,00 Ha dan Total 380,00.

Tahun 2022 yaitu Kecamatan Ongka Malino 40,00 Ha dan Total 40,00 Ha. Tahun 2023 Kecamatan Ongka Malino 360,00 Ha, Kecamatan Mepangan 50,00 Ha, Kecamatan Taopa 22,00 Ha dan Total 432,00 Ha.

Selanjutnya, jelas Zulfinasran, untuk rencana pengembangan Kecamatan Ongka Malino (Existing): 500 Ha, Kecamatan Bolano Lambunu 4.100 Ha, Kecamatan Taopa 100 Ha, Kecamatan Susu 50 Ha dan Kecamatan Mepanga 250 Ha, sehingga total rencana pengembangan 5.000 Ha.

“Sebagai informasi tambahan, saat ini di Kecamatan Mepanga sudah menjadi sentra industri Tahu dan Tempe namun kekurangan bahan baku yang memenuhi standar,” paparnya.

Selanjutnya, kata Sekda, yang menjadi permasalahan saat ini adalah rasa trauma petani terhadap pengembangan tanaman kedelai, stabikitas harga dan pemasaran yang belum pasti, kesesuain antara varietas yang ada dengan kebutuhan industri Tahu dan Tempe, Kedelai impor lebih murah dan mudah dijadikan bahan baku Tahu dan Tempe serta belum tersedianya penangkar lokal benih Kedelai. (MC Parigi Moutong/RLN/Hafizh)