:
Oleh MC KAB MANGGARAI BARAT, Sabtu, 29 Juli 2023 | 22:48 WIB - Redaktur: Wawan Budiyanto - 185
Manggarai Barat, InfoPublik - Wakil Bupati Manggarai Barat Yulianus Weng mengajak masyarakat untuk perangi stunting (gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis) agar tidak terjadinya lost generation (kehilangan generasi) di masa depan.
“Kita tau bahwa akibat stunting akan mempengaruhi intelegensia atau daya pikir karena kalau banyak balita kita kena stunting maka kedepannya bangsa kita akan mengalami lost generation. Generasi kita menjadi susah berpikir dan susah bekerja saat dewasa karena otak lemah,” jelas Wabup Yulianus saat membuka kampanye percepatan penurunan stunting tingkat Kabupaten/Kota, yang diselenggarakan BKKBN NTT, di Aula Stasi Merombok Paroki Roh Kudus, Desa Golo Bilas, Kecamatan Komodo, Sabtu (29/7/2023).
Disampaikanya, hasil operasi timbang pada bulan Agustus tahun 2022, stunting Manggarai Barat mencapai 15,9 %, namun hasil operasi timbang pada periode Februari 2023 dari target 23.657 anak, Kabupaten Manggarai Barat bisa menurunkan stunting menjadi 9 % atau tersisa 2.130 anak yang menjadi pekerjaan rumah yang harus disikapi.
Wakil Bupati mengajak semua pihak untuk kerja kolaborasi mengatasi stunting. Menurutnya stunting sangat erat dengan kehidupan kita sehari-hari karenanya penanganan stunting tidak hanya menjadi urusan petugas kesehatan akan tetapi semua stakeholder dan segenap masyarakat.
“Ada 2 (dua) intervensi penanganan stunting yaitu spesifik dan sensitive. Intervensi spesifik yaitu intervensi yang dikerjakan orang kesehatan yang hanya berpengaruh 30% dari upaya kita menagani stunting. 70% nya adalah ada pada upaya sensitive yaitu upaya meliputi banyak orang," ucapnya.
Dikatakannya, penyebab stunting sangat kompleks, sebab utamanya karena kurang gisi yang sifatnya kronis baik protein, kabohidrat maupun lemak pada seorang anak yang sedang dalam kandungan.
“Bicara asupan gisi itu tidak hanya urusan orang kesehatan tetapi disini beperan orang pertanian menyiapkan lahan pertanian, padi dan tanaman lain dengan baik, juga perlu keterlibatan pihak lain untuk meyiapkan air dan irigasi yang baik, menyiapkan lingkungan dengan baik, karena kalaupun anak lahir dengan baik akan tetapi lingkungan buruk yang meyebabkan anak mencret dan kecacingan maka ini menjadi factor yang meyebabkan anak stunting,” jelasnya.
Wabup mengimbau agar semua pihak serius memerangi stunting terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan atau golden peride mulai dari kehamilan sampai bayi berusia 2 (dua) tahun.
“Urus anak kalau tidak mau stunting hsrus diurus mulai dari dalam kandungan caranya adalah gizi dan vitamin ibunya diperhatikan dengan baik. Kalau ibunya terawat dengan baik, maka bayi yang dikandung juga akan baik. Rajin memeriksaskan diri, rajin ikut ke posyandu, melahirkan harus difasilitas kesehatan sehingga saat lahir bayinya tidak mengalami komplikasi," harap wakil bupati bumi Komodo.
Sementara itu Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Melki Laka Lena menekankan pentingnya pendidikan pencegahan stunting bagi anak-anak remaja SMP dan SMA.
“Pendidikan bagi anak-anak remaja kita menjadi penting untuk memberi pemahaman yang baik, sehingga saat mereka menjadi ibu mereka paham bagaimana menjadi ibu yang baik sehingga tidak melahirkan anak stunting,” ungkapnya.
Hal lain yang menjadi perhatiannya adalah pola asuh anak dalam 1.000 hari pertama kelahiran. Disampaikannya jika dalam rumah ada ibu hamil atau menyusui maka pemenuhan gisi prioritaskan ibu hamil dan menyusui.
“Budaya kita kalau makan laki duluan sisanya baru istri. Harus berubah! jadi kalo dalam rumah itu ada istri yang sedang hamil dan ibu menyusui prioritaskan istri yang hamil dan menyusui dulu,” ucapnya.
Melki juga menekankan pentingnya praktek Inisiasi menyusui dini (IMD) pada ibu yang baru melahirkan. Praktik IMD sangat baik untuk ibu dan anak.
“Setelah bayi dilahirkan baik normal maupun sesar, letakkan bayi pada perut ibunya dan secara alami bayi akan mencari puting susu ibunya. Air susi ibu yang pertama itu memiliki tinggkat gisi yang sangat baik, membuat ikatan ibu dan anak yang baik dan memicu kelancaran asi sampai 6 bulan dan bahkan 2 tahun, sehingga tidak perlu susu formula,” jelasnya.
(MC Kabmangagraibarat/Tian-Tim IKP Kominfo)