:
Oleh MC KAB PROBOLINGGO, Sabtu, 8 Juli 2023 | 22:22 WIB - Redaktur: Fajar Wahyu Hermawan - 40
ProbolinggoKab, InfoPublik – Sebagai bentuk implementasi program GESIT, Pimpinan Cabang Muslimat NU Kabupaten Probolinggo melakukan riset aksi aksesibilitas jalan dan gedung di Kantor Kecamatan Kraksaan, Kamis (6/7/2023).
Kegiatan ini diikuti oleh 20 orang peserta terdiri dari lansia laki-laki dan perempuan, ibu hamil, ibu menyusui, anak laki-laki dan anak perempuan (usia SD kelas 6), remaja laki-laki dan remaja perempuan (usia SMP/SMA), tokoh masyarakat/tokoh agama, Pertuni, Gerkatin, PDK Pro, PC Muslimat NU Kabupaten Probolinggo dan PC Fatayat NU Kabupaten Probolinggo.
Sebelumnya, kegiatan riset aksi aksesibilitas jalan dan gedung ini juga dilakukan di RSUD Tongas. Kegiatan ini juga melibatkan peserta yang sama dengan di Kantor Kecamatan Kraksaan.
Ketua PC Muslimat NU Kabupaten Probolinggo Hj Nurayati mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk menguji aksesibilitas gedung publik bagi ibu hamil, lansia, anak-anak serta penyangdang disabilitas.
“Selain itu memastikan adanya sarana dan prasarana pendukung aksesibilitas gedung publik dan sebagai masukan berbasiskan bukti untuk mendukung proses advokasi Perbup Fasilitas Ramah Anak, Perempuan dan Disabilitas,” katanya.
Menurut Nurayati, Kantor Kecamatan Kraksaan ini dipilih sebagai sampel karena berada di jantung Kota Kraksaan. Hasil dari asesmen ini nantinya akan direkomendasikan kepada pemerintah.
“Di sini layak dijadikan tempat riset aksi karena menurut kita masih ada beberapa yang tidak ada dari hasil asesmen, sehingga kita rekomendasikan kepada tim pelaksana riset untuk mengadakan riset aksi disini. Jadi dimulai dengan asesmen duluan sebelum kita melangkah kepada riset aksi,” jelasnya.
Nurayati menerangkan asesmen dimulai dari pintu masuk. Dari pintu masuk itu aksesibel tidak, aman tidak dan nyaman tidak bagi perempuan dan penyandang disabilitas. Dari pintu masuk itu kekurangannya apa yang harus diperbaiki dan harus disediakan oleh pihak-pihak terkait.
“Jadi pintu masuk dari sini saya sudah bertanya kepada disabilitas netra. Pintu masuk masih tidak aksesibel. Sebab tidak ada penunjuknya bagi mereka dan bagi kursi roda tidak memungkinkan untuk naik. Itu yang menjadi salah satu rekomendasi kita kepada pihak-pihak terkait termasuk Pemerintah Daerah,” terangnya.
Untuk di Kantor Kecamatan Kraksaan jelas Nurayati, ruang laktasi, ruang penitipan anak dan tempat bermain anak masih belum ada. Selain itu, hubungan antara gedung tidak ada semacam penghubung bangunan.
“Bagi mereka disabilitas dan perempuan yang bawa anak sangat susah naik turunnya. Ibu menyusui juga kita libatkan karena yang mengurusi surat kesini bukan hanya disabilitas dan perempuan yang tidak punya anak, ibu hamil juga ikut kesini untuk mengurusi surat-surat disini dan yang bawa anak-anak,” tegasnya.
Dengan adanya ibu yang bawa anak tersebut tegas Nurayati, maka di Kantor Kecamatan Kraksaan harus ada tempat penitipan anak sehingga ibu-ibu itu leluasa untuk mengurusi administrasi. “Masyarakat Kabupaten Probolinggo itu saya yakin 98% mungkin lebih tidak menitipkan anak dan tidak punya pembantu,” tambahnya.
Nurayati menambahkan hasil dari riset aksi ini nantinya akan dirangkum sehingga tahu apa yang harus dilakukan oleh pemerintah. “Jadi kita rekomendasikan sehingga pemerintah tahu harus bagaimana. Yang paling inti adalah setiap pelaksanaan pembangunan ternyata dibutuhkan keterlibatan perempuan dan penyandang disabilitas agar hasil proyek itu aksesible sesuai dengan kondisi bangunan daerah kota,” ungkapnya.
Sebelumnya, riset aksi aksesibilitas jalan dan gedung ini juga dilakukan di RSUD Tongas. Asesmen dilakukan mulai dari pintu masuk hingga ke gedung-gedung pelayanan yang ada di RSUD Tongas.
Nurayati mengungkapkan bahwa fasilitas bagi perempuan di RSUD Tongas memang ada tapi tetap masih kurang. Seperti ruang laktasi yang didepan ada tapi kurang lebar karena untuk bergerak aja seorang ibu menyusui butuh ruang gerak yang agak luas.
“Ada juga tempat bermain anak, tetapi masih kurang lebar serta ada tempat penitipan anak juga kurang luas. Sebab anak-anak termasuk alat-alat permainannya masih sangat minim,” pungkasnya. (MC Kab Probolinggo/wan/son)