Ketum PGI Gelorakan Gereja Ramah Anak

:


Oleh MC GEREJA PROTESTAN MALUKU, Rabu, 28 Juni 2023 | 15:18 WIB - Redaktur: Juli - 326


Ambon, InfoPublik - Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Pendeta Gomar Gultom, menghadiri dan memberi arahan pada Pembukaan Pekan Ceria Anak Sekolah Minggu (PERCASMI) PGI di Baileo Oikumene Ambon Senin (26/6/2023).

Turut hadir membuka kegiatan tiga tahunan ini Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, I Gusti Ayu Bintang Darmawati.

Sebelumnya Ketua Sinode GPM Pendeta Elifas Tomix Maspaitella memberi sambutan selamat datang sebagai tuan dan nyonya rumah pelaksana kegiatan serta Laporan Ketua Panitia Percasmi, Pendeta Jopy Lailossa.

Ia menyatakan menyambut dengan suka cita kehadiran adik-adik Sekolah Minggu bersama para kakak-kakak pendamping dalam Percasmi yang sudah lama ditunggu-tunggu ini.

"Pertama-tama saya ingin menyapa adik-adik. Saya sangat bangga dengan adik-adik semua, yang dengan penuh keberanian meninggalkan keluarga dan berkumpul di Ambon, yang dikenal sebagai Kota Musik ini," ujarnya.

Ia berharap selama Percasmi ini, peserta yang ikutdapat mengembangkan persahabatan dengan teman-teman yang datang dari gereja dan daerah lain.

"Yesus adalah sahabat semua anak. Adik-adik semuanya adalah sahabat Yesus yang setia. Maka sebagai sahabatNya, kita juga harus menyediakan diri untuk menjadi sahabat bagi anak-anak lain, apapun latar belakangnya," ujarnya.

Melalui perjumpaan dan permainan selama Percasmi ini, saya juga berharap adik-adik berlatih mengembangkan pola hidup bersih dan sehat. Semoga perjumpaan lewat Percasmi ini, adik-adik mengalami keceriaan tersendiri.

"Hormat saya buat kakak-kakak pendamping yang kita banggakan bersama, yang menyediakan diri mendampingi adik-adik kita tercinta. Tanpa keikutsertaan kakak-kakak pendamping, kita tak akan berada di sini," ungkapnya.

Menurutnya, Menteri, Gubernur dan Gereja-Gereja di Indonesia sudah sejak lama mencanangkan perlunya digerakkan Gereja Ramah Anak. GPM, yang menjadi tuan rumah Percasmi 2023 ini, bahkan sudah memutuskan lewat persidangan sinode, agar di setiap klasis tersedia sedikitnya satu rumah singgah, sebagai wadah pendampingan bagi perempuan dan perlindungan bagi anak-anak, yang oleh berbagai sebab terlunta dan mengalami kekerasan.

Sayangnya, lanjutnya belum semua gereja menggelorakan semangat ini. Di berbagai tempat masih disaksikan kehadiran anak dianggap sebagai pelengkap dalam kehidupan bergereja. Ibadah-ibadah sekolah minggu diperlakukan sebagai proses latihan untuk ibadah gerejani, dan pelayanan anak hanya komplementer sifatnya dalam agenda gerejani kita. Pelayanan anak sekolah minggu sarat dengan khotbah-khotbah yang menggurui dan sangat minim dengan permainan, sesuatu yang sesungguhnya sangat dibutuhkan dalam tumbuh kembang anak. Manusia adalah homo ludons, makhluk bermain.

Akibatnya, tanpa disadari pelayanan anak di gereja tak mampu mengembangkan potensi anak secara penuh dan bahkan tak jarang malah merenggut masa tumbuh kembang anak yang mestinya difasilitasi dan dilindungi oleh gereja.

"Gereja-gereja kita masih memperlakukan anak sebagai subordinasi orang dewasa sehingga mereka tidak pernah dimampukan untuk mengartikulasikan kehendak hatinya, dan bertumbuh seturut dengan perkembangan usianya," ujarnya. 

Menurutnya, Ini semua merupakan penyia-nyiaan terhadap kepentingan terbaik anak dan tentu juga merupakan pelanggaran terhadap hak-hak anak sebagaimana dijamin oleh Konvensi Hak Anak Internasional dan berbagai produk undang-undang di Indonesia. Kalau hal-hal seperti ini dibiarkan terus terjadi, kualitas masyarakat kita akan terus terdegradasi di masa depan.

Olehnya dibutuhkan kesadaran kolektif kita semua untuk