Dairi, InfoPublik - Dalam rangka hari Tuberkulosis (TBC) Dunia yang diperingati setiap 24 Maret, RSUD Sidikalang Gelar Suluh Nasional tentang TBC Anak di RSUD Sidikalang, Jumat (24/3/2023).
Fungsional Dokter spesialis Anak RSUD Sidikalang, dr. Elisabet Tarigan M. Ked (Ped) dalam kesempatan tersebut menyampaikan TBC merupakan penyakit menular dan mematikan dengan tingkat pasien tinggi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Menurutnya, TBC adalah salah satu penyakit infeksi pada paru yang penularannya disebabkan oleh droplets atau percikan ludah.
“Penyakit TBC ini adalah penyakit menular bukan keturunan yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis sehingga kita harus betul-betul mengangtisipasi ini sejak dini terutama kepada anak-anak kita,” ujarnya.
Elisabet menjelaskan, anak bisa tertular TBC dari pasien TBC sehingga orangtua diwajibkan harus mengantisipasi hal tersebut. Elisabet mengatakan adapun caranya bisa tertular yaitu melalui percik renik (droplets) yang keluar ketika penderita TBC batuk, bersin, bicara, tertawa atau bernyanyi
“Mari kita perhatikan anak-anak kita dengan melihat gejala sbb yaitu batuk lama > 2 pekan walaupun sudah diberikan pengobatan. Demam > 2 pekan tanpa sebab jelas, berat badan turun atau menetap dalam 2 bulan serta anak lesu dan tidak seaktif biasanya,” tuturnya.
Selanjutnya, Elisabet meminta kepada seluruh peserta jika mengalami hal tersebut diminta untuk segera membawa anak ke dokter baik di praktek pribadi, Rumah Sakit, Klinik atau Puskesmas.
“Jika mengalami gejala yang demikian segera ambil tindakan sehingga lebih cepat ditangani. Dokter yang menangani nanti akan melakukan investigasi/pemeriksaan berupa uji tuberkulin (Mantoux test) dan IGRA, Foto Rontgen dada dan Pemeriksaan dahak. Setelah melakukan pemeriksaan ini, kita nanti melihat apakah anak tersebut positif TBC atau tidak,” katanya.
Selanjutnya, Elisabet mengatakan bahwa TBC bisa disembuhkan dengan minum obat teratur dan tuntas, dimana untuk pengobatan TBC ringan , pasien diwajibkan minum obat selama 6 bulan dan untuk TBC ekstraparu berat (TBC otak, TBC tulang) diwajibkan minum obat selama 12 bulan.
“Jangan takut untuk memeriksa kesehatan anak kita, karena saat ini sudah ada obat yang mampu menyembuhkan dengan syarat minum obatnya harus teratur dan jika masa pengobatan tidak teratur mengkonsumsi, penyakit akan semakin parah karena akan mengakibatkan kuman TBC kebal obat, sehingga perlu obat lebih lama lagi dan lebih sulit pengobatannya,” katanya.
Elisabet mengatakan untuk mencegah TBC pada anak sebaiknya melakukan Vaksin BCG, walaupun setelah vaksin BCG masih ada kemungkinan tertular.
“Walaupun sudah diberi vaksin BCG memang masih ada kemungkinan tertular, apabila anak sudah tertular TBC yang sudah berat sehingga fakor ini mempengaruhi keberhasilan vaksinasi. Namun dengan vaksin ini juga merupakan salah satu pencegahan untuk dapat menghindarkan anak anda dari kondisi tersebut,” ujarnya.
Selain itu, Elisabet menghimbau kepada seluruh masyarakat Kabupaten Dairi untuk antisipasi dan lebih peduli terhadap penyakit ini.
“Mari kita perhatikan sekitar kita dan perhatikan gejala yang kemungkinan ada, karena 1 penderita TBC akan dapat menulari 1-15 orang, untuk itu mari kita perhatikan bersama sehingga kita bisa bersama akhiri TBC, Indonesia bisa,” tuturnya. (JoBe)