:
Oleh Kabupaten Sigi, Kamis, 23 Februari 2023 | 13:13 WIB - Redaktur: Kusnadi - 314
Sigi, InfoPublik - Arah kebijakan investasi adalah terletak pada hilirisasi produk untuk mempercepat Indonesia menjadi negara maju. Hilirisasi produk berbasis alam sesuai berdasarkan potensi daerah masing-masing dan dikelola secara berkelanjutan oleh multipihak bisa menjadi jawaban tepat.
Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah menangkap peluang itu. Dengan luas wilayah yang sebagian besar masuk dalam kawasan Taman Nasional Lore Lindu, Sigi memiliki ragam komoditas perkebunan. Komoditas dari Sigi yang dipetakan antara lain kakao, kopi, palmarosa, vanili, kelor, dan bambu.
“Kabupaten Sigi terbuka untuk pengembangan komoditas berbasis alam untuk meningkatkan daya ekonomi masyarakat Sigi. Namun, di sisi lain pemerintah Sigi perlu memikirkan bagaimana kelestarian lingkungan agar tetap terjaga. Maka, kami membuat Perda Sigi Hijau sebagai payung besar kami untuk menciptakan ekonomi lestari di daerah kami,” ujar Afit Lamakarate, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sigi, Selasa (21/2/2023) siang di hadapan Tim Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), Mercy Corps Indonesia dan awak media yang hadir.
Pengembangan hilirisasi produk berbasis alam diinisiasi mulai dari mempersiapkan proses inovasi, produksi, inkubasi untuk siap jemput bola investasi lestari oleh Pemerintah Kabupaten Sigi. Kedepannya akan ada sentra yang dapat menjadi pusat untuk pengembangan produk hilirisasi yang menerapkan kelestarian dari hulu sampai hilirnya. Seperti komoditas kakao yang merupakan salah satu komoditas unggulan Kabupaten Sigi.
Nedya Sinintha Maulaning, Eks Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) Sigi yang turut mengikuti proses terbentuknya Sentra menuturkan pengalamannya mendampingi para petani kakao di Desa Omu, Kecamatan Gumbasa. “Melalui Koperasi Agro Industri Omu, para petani kakao terus meningkatkan kapasitasnya untuk menerapkan praktik perkebunan yang baik, yang turut berkontribusi pada kelestarian alam. Para petani juga didampingi oleh PLUT Sigi, untuk mengembangkan produk bernilai tambah yang ramah lingkungan dan ramah sosial. Salah satunya adalah Cokelat Pak Tani yang merupakan chocolate bar pertama di Kabupaten Sigi,” tutur Nedya.
Komoditas lestari lainnya yang dikembangkan adalah bambu. Pengembangan komoditas bambu tidak hanya untuk nilai ekonomi, namun juga memiliki fungsi mitigasi bencana. Bambu dipercaya memiliki kebaikan untuk air dan tanah, karena mampu menyimpan air tanah lebih banyak. Selain itu bambu juga berguna untuk tanah yang tidak produktif atau telah terdegradasi.
Bambu cocok sebagai tanaman di daerah aliran sungai (DAS) karena karakter batangnya yang kuat dan lentur. Selain itu akarnya tumbuh menyebar, menyamping, dan ke dalam, sehingga dapat mencegah serta mengurangi risiko erosi dan longsor. Sungai Palu memiliki panjang 90 km yang membelah kawasan Sigi dari Kulawi sampai Biromaru, dan terus bermuara di kota Palu. Inovasi bronjong bambu menjadi pertahanan berlapis untuk daerah-daerah Sigi yang dilalui Sungai Palu.
Irwan Agustian dari Mercy Corps Indonesia memaparkan program ‘Mengelola Risiko melalui pengembangan Ekonomi’ (MRED) yang bermitra dengan Pemkab Sigi untuk menginisiasi inovasi bronjong bambu berlapis di kawasan Dolo Selatan. “Pengembangan bronjong bambu ini merupakan salah satu kegiatan dalam mitigasi struktural pada program MRED di Desa Sambo dan Desa Pulu, Kecamatan Dolo Selatan. Pengembangan bronjong bambu merupakan salah satu solusi dalam memitigasi lahan-lahan pertanian warga yang terdampak dari Banjir,” paparnya.
Bronjong bambu atau disebut low cost bioengineering salah satu solusi yang dikembangakan dengan melihat sisi potensi sumber daya alam lokal di Kecamatan Dolo Selatan dengan banyaknya bahan baku serta pembiayaan murah. Penggunaan bambu yang digunakan adalah bambu segar/baru ditebang dengan harapan, bambu-bambu tersebut dapat tumbuh melalui ruas-ruas bambu, bambu yang berkembang tumbuh akan menjadi rumpun-rumpun bambu yang mampu menahan/mengurangi aliran laju air banjir.
Inovasi-inovasi lainnya juga diharapkan muncul untuk mempercepat Kabupaten Sigi menjadi kabupaten lestari yakni melalui visi ekonomi lestari. Salah satu komitmen Pemkab Sigi dalam mencapai hal itu adalah membuat sentra-sentra untuk inovasi, inkubasi, produksi, dan investasi. Hal ini bertujuan untuk memastikan pengembangan produk turunan berbasis alam dapat terjaga prosesnya dari hulu sampai hilir.
“Visi Ekonomi Lestari bisa jadi jembatan antara target lingkungan dan ekonomi karena menitikberatkan pada solusi bisnis lestari melalui peningkatan nilai tambah produk & jasa lokal yang ramah lingkungan dan ramah sosial dengan gotong royong. Sejak diluncurkan tahun 2020 ini, pendekatan tersebut sudah memberikan argumen baru untuk upaya konservasi dan secara konkrit menawarkan kesempatan untuk lebih dari 100 kawan muda di 9 kabupaten anggota untuk ikut bekerja dan berkarya,” pungkas Afit Lamakarate.
SUMBER : PIKP & PERSANDIAN