:
Oleh MC KAB PIDIE, Sabtu, 19 November 2022 | 11:05 WIB - Redaktur: Kusnadi - 622
Pidie, InfoPublik - Kasus Polio (lumpuh layu) pada anak-anak ditemukan di Pidie pada tanggal 10 November 2022. Penemuan tersebut diperkuat dengan hasil pemeriksaan laboratorium Prof Sri Oemijati, Kemenkes Jakarta yang merupakan laboratorium rujukan nasional.
Penemuan kasus ini bermula dari seorang anak berumur 7 tahun, warga Kecamatan Mane. Awalnya si anak mengalami demam, kemudian muncul nyeri pada persendian dan kelemahan anggota gerak.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium, dinyatakan pasien telah terinfeksi virus Polio.
Hal ini dikonformasi oleh Pj Bupati Pidie, Ir Wahyudi Adisiswanto M.Si,.bersama Kepala Dinas Kesehatan Pidie, dr Arika Aboebakar, Sp.OG, di Pendopo Bupati setempat, Jumat (18/11/2022).
Dalam hal ini, Pj Bupati menyatakan Pidie mengalami status Kejadian Luar Biasa (KLB).
“Dengan ditemukannya kasus Polio di Pidie, maka kami menyatakan ini sebagai Kejadian Luar Biasa, karena seperti yang kita ketahui Indonesia dan negara- negara Asia Tenggara lainnya sudah dinyatakan bebas Polio,” sebut Pj Bupati Pidie.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Pidie, menyatakan, pihaknya bersama dengan tim dari Dinas Kesehatan Aceh, Kementerian Kesehatan, WHO, dan UNICEF sudah melakukan respon awal berupa Penyelidikan Epidemiologi (PE).
Termasuk pencarian kasus tambahan di wilayah terdampak baik di masyarakat maupun melalui kunjungan ke puskesmas dan RS setempat.
Selanjutnya melakukan review cakupan imunisasi dan Penilaian Kondisi Sosial (social assessment) untuk mengetahui bagaimana penerimaan masyarakat di wilayah terdampak terhadap imunisasi.
“Selain itu koordinasi dan pengaktifan Tim Gerak Cepat (TGC) juga segera dilakukan,” jelas dr Arika.
Arika menambahkan, virus Polio menular melalui air yang tercemar tinja yang mengandung virus Polio. Jika virus ini masuk ke dalam tubuh anak yang belum mendapatkan imunisasi polio secara lengkap, maka virus akan berkembang biak di saluran pencernaan dan menyerang sistem saraf anak.
Katanya lagi, hingga menyebabkan kelumpuhan. Ini dapat terjadi jika cakupan imunisasi rendah dalam jangka waktu yang cukup lama, ditambah dengan kondisi sanitasi lingkungan yang tidak baik, seperti perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS).
Lebih lanjut, untuk penanganan pasien saat ini sudah dilakukan kunjungan ulang oleh Dokter Spesialis Anak dan dianjurkan untuk dilakukan rehabilitasi medik.
Dinas Kesehatan melalui Puskesmas Mane memfasilitasi rujukan ke RSUD T Chik Ditiro Sigli.
Untuk menanggulangi KLB, sesuai dengan petunjuk dari Tim Komite Ahli, maka akan segera dilakukan respon imunisasi sub-PIN dengan memberikan imunisasi tetes polio untuk semua anak usia 0 – <13 tahun.
Pemerintah Kabupaten Pidie juga segera meningkatkan edukasi masyarakat tentang pentingnya imunisasi rutin dan perilaku hidup bersih sehat, terutama perilaku BAB di jamban dan melibatkan seluruh pihak.
“Edukasi ini nantinya melibatkan semua pihak, mulai dari pimpinan daerah beserta Kepala SKPK, tokoh agama, tokoh masyarakat, kelompok remaja, PKK, organisasi profesi, ormas, lembaga pendidikan, kader kesehatan, akademisi, media massa, dan elemen masyarakat lainnya, untuk mendukung pencegahan penularan Virus Polio,” pungkas dr Arika.
Perlu diketahui, Polio adalah penyakit yang sangat menular dan dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, bahkan kematian terutama pada anak usia < 5 tahun yang tidak diimunisasi polio secara lengkap.
Virus polio masuk ke dalam tubuh melalui mulut, bersumber dari air atau makanan yang telah terkontaminasi dengan kotoran/tinja orang yang terinfeksi.
Gejala awal polio antara lain adalah demam, kelelahan, sakit kepala. muntah-muntah, kekakuan di leher, nyeri di tungkai.
Hadir bersama Pj Bupati, Sekda Pidie, H. Idhami, S.Sos., M.Si., dan Turut mendampingi ditempat tersebut, Ketua TP PKK Pidie, Ny. Hj Suaidah Sulaiman, Ass III, Drs Sayuti, M.M.
Kemudian dari WHO, dari Kemenkes RI, Kabid P2P Dinkes Pidie, dari RSUD TCD Sigli, Ka.Puskesmas Mane, dan Ka. Puskesmas Kota Sigli. (MC Kab. Pidie)