:
Oleh MC KAB PEMALANG, Jumat, 11 November 2022 | 17:06 WIB - Redaktur: Tobari - 139
Pemalang, InfoPublik - Anak tidak sekolah (ATS) ternyata bukan hanya disebabkan persoalan ekonomi. Sikap malas bahkan disebut menjadi penyebab ATS yang lebih sulit di atasi, dibandingkan dengan ATS karena persoalan ekonomi.
"Dari data yang kita punya, saat ini justru penyebab ATS bukan ekonomi, justru karena malas." ungkap tokoh gerakan Njuh Sekolah Maning, Ikmal Aziz saat menjadi salah satu narasumber dialog di LPPL Radio Swara Widuri, Jum'at (11/11/2022).
"Kalau sudah malas, tidak ada kemauan, akan sulit dikembalikan ke sekolah." lanjut Ikmal.
Hal senada diungkapkan Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP. PKK) Kabupaten Pemalang, Shanti Rosalia.
Shanti yang juga menjadi narasumber, kali ini didampingi oleh Kabid Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (Pauddikmas), Dindikbud Kab. Pemalang, Ida Komaria dan Kabid Pengembangan Manusia dan Masyarakat (PMM) Bappeda Kab. Pemalang, Titin Soewastiningsih.
"Kalau ATS karena masalah biaya akan lebih mudah untuk membujuknya (ada bea siswa), yang lebih sulit soal kemauan. Kalau anaknya sudah malas, kita harus super sabar (membujuknya), ibunya (sendiri) saja sudah menyerah." kata Shanti.
Besarnya tantangan yang dihadapi untuk mengembalikan ATS ke sekolah, bisa tercermin dari prosentase ATS yang berhasil dikembalikan ke sekolah. Ikmal mengungkapkan data yang dimilikinya.
"Mengembalikan ATS ke sekolah bukan hal yang gampang. Tahun 2021, setelah kita mendata di lima desa. Ketemu angka ATS-nya 237 orang, yang mau kembali ke sekolah baru 26 anak." bebernya.
Ikmal melanjutkan, "tahun 2022, setelah kita mendata, ATS sejumlah 2177 orang, yang mau kembali ke sekolah 92 anak. Prosentasenya masih kecil sekali."
ATS yang bersedia kembali ke sekolah diatur dengan ketentuan yaitu, anak yang usianya masih bisa dimasukan ke sekolah formal, boleh memilih sekolah formal atau masuk Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
Sedangkan yang usianya tidak bisa masuk sekolah formal, otomatis akan masuk dalam PKBM. PKBM di Kabupaten Pemalang sudah ada di tiap kecamatan. PKBM memiliki paket belajar dari SD sampai SMA.
"Ada paket yang bisa dipilih sesuai dengan jenjang pendidikan, Paket A untuk SD, B untuk SMP dan C untuk SMA." jelas Ida Komaria.
Mengakhiri dialog, Shanti mengungkapkan harapannya terkait penanganan ATS. "ATS bukan hanya PR Pemkab, tapi juga masyarakat secara umum. Kalau hanya pemerintah tanpa adanya dukungan dari masyarakat, tidak akan berhasil." katanya.
"Ibu-ibu (agar) lebih aware (menyadari) dengan lingkungannya. Jika ada calon-calon ATS, segeralah bertindak, sehingga tidak betul-betul menjadi ATS. Ibu-ibu harus memberikan motivasi, karena kadang-kadang ada yang acuh saja," kata Shanti.
Adapun Ikmal, mengimbau untuk memanfaatkan program Njuh Sekolah Maning, serta pro aktif melaporkan bila menemui ATS.
"Kami mengimbau kepada masyarakat, ini mumpung ada program Njuh Sekolah Maning yang difasilitasi oleh pemerintah daerah dan yang lainnya. Monggolah kalau ketemu anak tidak sekolah, segeralah melaporkan kepada kami." katanya. (Pemalang/toeb)