:
Oleh MC KAB BATANG, Rabu, 27 Juli 2022 | 15:41 WIB - Redaktur: Tobari - 387
Batang, InfoPublik – Pengelola kantin sekolah SDN Proyonanggan 11 menanti diizinkannya kembali pembukaan kantin sehat, melihat kondisi COVID-19 yang sedikit melonggar.
Selama dua tahun lalu, pihak sekolah tidak diizinkan untuk membuka kantin sehat karena dikhawatirkan rawan kerumunan akan menjadi media penularan COVID-19.
Pengelola kantin sekolah SDN Proyonanggan 11, Karniti mengatakan, ke depan setelah diizinkannya kantin sekolah dibuka kembali, rencananya warga diperbolehkan untuk menitipkan makanan sehat rumahan ke kantin.
Belum lama ini memang kantin kami dipantau langsung oleh Puskesmas Batang 1. Memang sementara aktivitas kantin dipindah ke koperasi sekolah, karena selain kantin sehat belum diizinkan.
"Juga kondisi rehab ruang yang belum selesai karena ruangan yang dimiliki terbatas,” katanya, saat ditemui, di ruang koperasi SDN Proyonanggan 11, Dracik Kampus, Kabupaten Batang, Selasa (26/7/2022).
Nantinya, produsen makanan rumahan harus mengikuti sejumlah prosedur yang ditentukan.
Misalnya ada yang mau nitip kami seleksi. Seperti makanan berbahan dasar saus dikurangi, kalau pun ada minuman bermerek dipastikan berkualitas karena orang tua pun mengharap hal yang sama.
Ia mengakui, mayoritas anak menyukai makanan berbahan dasar saus. Meski demikian, pihak pengelola kantin tidak serta merta mengizinkan, karena dikhawatirkan efek buruk bagi kesehatan pencernaan anak.
“Saran dari Puskesmas sih kalau kantin sekolah dibuka, pastikan menjual makanan bebas dari pengawet dan pewarna buatan serta menggunakan pemanis dari gula asli,” jelasnya.
Untuk menjaga kesehatan anak, pengelola kantin sekolah bekerja sama dengan orang tua siswa yang akan menitipkan makanan rumahan.
“COVID-19 berpengaruh pada omset penjualan makanan sehat di kantin sekolah. Kalau dulu sebelum COVID-19 bisa mencapai Rp1 juta, karena banyak yang nitip dan semua anak jajannya di dalam lingkungan sekolah, sedangkan selama dua tahun lalu, turun sampai 50%,” terangnya.
Salah satu siswi, Sabrina mengutarakan, selama pandemi memang disarankan untuk membawa makanan dari rumah, namun kebiasaan itu justru terbawa hingga kini.
“Nanti kalau kantinnya sudah dibuka lagi, ya tetap bawa makanan dari rumah. Tapi terkadang beli makanan di sini, harganya antara Rp2.000,00 sampai Rp3.000,00, kalau bisa sih menunya nasi goreng, takoyaki sama sate yang banyak sausnya karena suka makanan pedas,” ungkapnya.
Penanggungjawab Kesehatan Lingkungan, Yustin mengatakan, kondisi COVID-19 yang masih belum menentu, diharapkan pengelola kantin sekolah untuk tidak membuka terlebih dahulu. Kalau pun nantinya diizinkan tentu protokol kesehatan harus diterapkan secara ketat.
“Jika kondisi sudah normal kembali, pihak Puskesmas akan melakukan pengawasan lebih intensif lagi terhadap makanan yang dijajakan di kantin sekolah,” ujar dia.
Ia menerangkan, jika makanan yang dikonsumsi tidak dipastikan higienitasnya, dikhawatirkan dalam jangka pendek dapat menyebabkan diare disertai muntah. Dan jangka panjang bisa menimbulkan berbagai penyakit tidak menular lainnya.
Ini memang dilema, satu sisi kantin sekolah tidak diizinkan dibuka, tapi di sisi lain pedagang makanan keliling berjajar karena mereka terdesak kebutuhan ekonomi.
"Untuk mengatasinya memang perlu kerja sama lintas sektor, agar makanan aman dikonsumsi,” katanya. (MC Batang, Jateng/Heri/Jumadi/toeb)