:
Oleh MC KOTA BANDA ACEH, Minggu, 20 Februari 2022 | 14:08 WIB - Redaktur: Tobari - 354
Banda Aceh, InfoPublik – Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman, menerima penghargaan dari Yayasan Karsa Lagena Alam. Penghargaan tersebut diberikan kepada Aminullah, atas pencapaian dalam membangkitkan UMKM di tengah Pandemi Covid-19 dan melahirkan Lembanga Keuangan Mikro Syariah Mahirah Muamalah.
Piagam itu di berikan kepada Wali Kota saat Menjadi Keynote Speaker dalam kegiatan Festival Lebah Madu Indonesia dengan tema “Edu Wisata Belajar Hidup Dari Lebah”. Acara berlangsung di Gedung ILTC, Banda Aceh, Sabtu (19/2/2022).
Turut dihadiri Wali Kota Banda Aceh, Aminullah Usman, Wakil Wali Kota Banda Aceh Zainal Arifin, Ketua Umum Inspirator Lebah Madu Indonesia, Debby Bustomu, Ketua Program Studi Ekonomi Islam USK M Haris.
Ketua Yayasan Karsa Lagena Alam Muhammad Abthal Aufar, Penasehat Yayasan, Aditya, para penggiat lebah madu, dan para unsur SKPD Kota lainnya.
Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman usai menerima penghargaan tersebut mengucapkan terimakasih. Ia pun memberikan apresiasi kepada Yayasan Karsa Lagena Alam atas pelaksanaan kegiatan Festival Lebah Madu Indonesia di Kota Banda Aceh yang di mulai dari tanggal 9 sampai dengan 20 Februari 2022.
“Mudah-mudahan kegiatan Festival Lebah Madu Indonesia dengan berbagai rangkaian kegiatan dapat berjalan dengan lancar, meskipun gelaran ini kita laksanakan masih dalam suasana Covid-19, namun semangat yang kita rasakan pada hari ini tetap sama seperti biasanya dan sama sekali tidak berkurang,” kata Wali Kota.
Aminullah mengatakan, madu dapat menjadi obat dari beragam penyakit. Keistimewaan madu dan lebah luar biasa, sehingga tercantum dalam surat tersendiri di dalam Al-Quran.
Dalam Alquran surah An-Nahl ayat 68-69, Allah SWT mengungkapkan keistimewaan dan khasiat yang terkandung dalam madu.
"Dalam Al-Quran Surat An-Nahl kita akan mengetahui produk lebah yang dapat dijadikan obat tidak terbatas hanya pada madu saja. Produk perlebahan selain madu dapat berupa royal jelly, tepung sari dan propolis lebah,” ungkapnya.
Disamping itu, kata Aminullah, Riset ilmiah terbaru membuktikan bahwa madu potensial sebagai antioksidan, anti mikroba, anti jamur, perawatan kulit, pengawet makanan, dan sebagai obat luka.
“Konsumsi madu penduduk Indonesia saat ini hanya 15 gram/kapita/tahun, sedangkan tingkat konsumsi madu masyarakat di negara-negara maju (Jepang, Jerman, Inggris, Perancis dan Amerika Serika) mencapai 1000 s/d 1600 gram/kapita/tahun,” sebutnya.
Lanjut Aminullah, jumlah penduduk Indonesia saat ini lebih kurang 220 juta orang. Bila konsumsi madu sekitar 15 gram/kapita/tahun, maka setiap tahun dibutuhkan madu sebesar 3.300 ton.
Sementara itu produksi madu dalam negeri kurun waktu 1996-2000 hanya 1.538-2.824 ton/tahun. "Selain untuk konsumsi, madu juga dibutuhkan pada industri farmasi dan kosmetik yang mencapai 10.000 s/d 15.000 ton/tahun,” sebutnya lagi.
Ia meyakini, dengan memperhatikan konsumsi madu dan capaian produksi madu domestik, maka meyakini bahwa budidaya lebah madu layak dikembangkan di Aceh. Setidaknya ada lima faktor pendukung, yaitu:
Pertama, Aceh memiliki spesies lebah lokal yang adaptif dengan iklim tropis dan produksi madu cukup tinggi.
Kedua, Aceh merupakan wilayah agraris dengan daratan yang luas terdiri dari hutan, perkebunan, tanaman pangan, hortikultura, semak belukar dan rumput yang menghasilkan Nektar (bahan utama madu).
Ketiga, produksi madu domestik sangat rendah sehingga budidaya lebah madu sangat prospektif untuk dikembangkan.
Keempat, budidaya lebah madu membutuhkan biaya produksi yang rendah. Kelima, lebah menghasilkan produk yang bermanfaat bagi manusia, sehingga menarik perhatian untuk di konsumsi.
“Untuk menjadi pemenang di era ekonomi digital, kita perlu bisa menangkap peluang inovasi yang dapat dilakukan baik oleh pemerintah dan pelaku bisnis,” jelas orang nomor satu di Banda Aceh itu.
Di Banda Aceh sendiri, Pemerintah Kota mempunyai visi menjadikan Banda Aceh sebagai smart city “Menjadi Kota Pintar Islami Inovatif dan Kompetitif”.
Salah satu program dan dimensinya yaitu mendukung terciptanya Ekosistem Smart Economy yang bertujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dengan mewujudkan penataan di sektor industri dan ekonomi Syariah.
Visi ini kami wujudkan dalam beberapa program strategis antara lain melakukan pembinaan kepada UMKM, menciptakan ekosistem ekonomi syariah, dan mendorong pengembangan industri layanan keuangan syariah.
"Selain itu, kami juga mendorong UMKM agar adaptif terhadap perkembangan terkini teknologi, terutama yang berbasis E-Commerce,” katanya.
Selain itu, Pemerintah Kota Banda Aceh bersama dengan stakeholder lainnya, berupaya untuk menjadikan Banda Aceh sebagai kota cendekia yang mampu bertahan, berkembang, dan berinovasi di masa revolusi industri.
Melalui program seperti elektronifikasi transaksi pembayaran, kami memberikan peluang kepada masyarakat untuk melakukan aktivitas ekonomi menjadi lebih mudah, murah, efisien dan cepat.
“Salah satunya adalah bersama Bank Indonesia, kami juga telah berupaya untuk meningkatkan level digitalisasi ekonomi melalui Quick Response Indonesia Standart (QRIS) untuk menerima pembayaran retribusi sewa kios di Pasar Aceh, Pelabuhan Ulee Lheue dan Uji KIR serta retribusi sampah,” jelas mantan Dirut Bank Aceh itu.
Di sisi lain, Pemko Banda Aceh juga terus mendorong UMKM melalui program akuisisi QRIS, akses pasar digital, akses pasar internasional, dan perbaikan jaringan/infrastruktur teknologi.
“Kami sangat berharap upaya yang kami lakukan mendapatkan sambutan baik dan dukungan dari publik, karena tanpa itu, upaya yang kami lakukan tidak akan berdampak maksimal,” katanya.
Selain itu, Pemerintah Kota Banda Aceh juga telah melakukan berbagai program dalam pemberdayaan pemuda, salah satunya melalui LKMS Mahirah Muamalah yang telah meluncurkan Propamen (Program Pembiayaan Pemuda Entrepreneur).
Untuk memberdayakan pemuda agar tetap produktif dan turut serta dalam upaya pengembangan ekonomi kreatif/Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Program yang digulirkan tersebut guna mendukung para pemuda yang terkendala modal usaha. Dan Propamen ini merupakan tekad kami dan salah satu solusi untuk mencetak anak muda entrepreneur.
Alhamdulillah LKMS Mahirah juga telah memainkan peran yang besar dalam memerangi rentenir di Kota Banda Aceh.
Berdasarkan survei dari Yayasan Rumah Harta Umat yang bekerja sama ASA Solution, ditemukan penurunan angka ketergantungan pedagang terhadap rentenir, dari angka 80%, kini menjadi 2% saja.
"Penurunan ini terjadi setelah berjalannya pembinaan dan pemberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh PT. Mahirah Muamalah kepada para pedagang,” jelasnya.
Dengan Berkurangnya para rentenir tersebut, juga berimbas pada meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), dimana IPM Kota Banda Aceh pada tahun 2020 tercatat berada di angka 85,41.
Sehingga menempatkan Kota Banda Aceh sebagai kota dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tertinggi kedua secara nasional.
Naiknya IPM Banda Aceh tak terlepas dari terus menurunnya angka kemiskinan. Tingkat kemiskinan di Kota Banda Aceh menurun dari 7,44% pada tahun 2017 menjadi 6,90% pada tahun 2020.
"Banda Aceh sendiri satu-satunya daerah yang masuk dalam zona hijau kemiskinan di Aceh di masa pandemi ini,” jelasnya.
Pertumbuhan UMKM pun juga terus mengalami peningkatan. Kami mencatat sejak tahun 2018 sampai dengan tahun 2021 mengalami peningkatan sebesar 91%.
Pada tahun 2018 ada 9.591 UMKM. Angka ini meningkat pada tahun 2019 menjadi 10.944 UMKM, dan meningkat lagi menjadi 12.012 UMKM di tahun 2020, dan saat ini per Desember 2021 kita telah memiliki sekitar 16.970 UMKM.
Alhamdulillah hasil kerja keras LKMS Mahirah Muamalah tersebut terbukti dengan kembali meraih Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas laporan keuangan tahun buku 2021.
WTP diperoleh berdasarkan hasil Auditor Independen dari Kantor Akuntan Pubik. Penyusunan dan penyajian wajar laporan keuangan LKMS Mahirah Muamalah tersebut, dinilai sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Syariah di Indonesia.
Di tahun 2021 LKMS Mahirah Muamalah membukukan laba sebesar Rp. 332.637.758,- di bandingkan tahun sebelumnya membukukan laba sebesar Rp.8.665.000.
Artinya, Mahirah telah mendapatkakan kenaikan sebesar 3,728.66 % dari tahun sebelumnya dan asset Rp51 miliar kenaikan 34% dari pada tahun sebelumnya sebesar Rp38 Miliar, dengan jumlah nasabah 10.047 orang per Desember 2021. (Mer/toeb)