Kader Posyandu Ikuti Orientasi Percepatan Penanggulangan Stunting

:


Oleh MC KOTA SUBULUSSALAM, Senin, 1 November 2021 | 21:35 WIB - Redaktur: Tobari - 776


Subulussalam, InfoPublik - Kader posyandu ikuti orientasi dalam upaya percepatan penanggulangan stunting  di Kota Subulussalam dari tanggal 1-2  November 2021 bertempat di aula Puskesmas Rundeng.

Demikian, rilis Rofiana  Kasi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Dinkes Kota Subulussalam kepada jurnalis, senin (1/11/2021). “Sasaran kegiatan ini adalah kader desa lokus stunting, “ ucapnya.

Kegiatan ini dilaksanakan atas kerjasama Fakultas Kedokteran Unsyiah dengan Sub Dit Promosi Kesehatan Kementrian Kesehatan dan Dinkes Kota Subulussalam dengan menghadirkan narasumber dr. Teuku Renaldi, M.K.M, dr. Iflan Nauval, M.ScIH., Sp.GK

Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Subulussalam H. Alamsyah, SKM mengatakan  pencegahan stunting memerlukan intervensi gizi yang terpadu, mencakup intervensi gizi spesifik dan gizi sensitive, ujarnya.

Pengalaman global menunjukkan bahwa penyelenggaraan intervensi terpadu yang melibatkan lintas sektor dan menyasar kelompok prioritas di lokasi prioritas merupakan kunci keberhasilan perbaikan gizi dan tumbuh kembang anak,

Yang pada akhirnya membantu terhadap pencegahan stunting. Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting terdiri dari lima pilar.

Pertama, komitmen dan visi kepemimpinan, kedua, kampanye nasional dan komunikasi perubahan perilaku, ketiga, konvergensi, koordinasi, dan konsolidasi program pusat, daerah, dan desa, keempat, gizi dan ketahanan pangan.

Dan kelima pemantauan dan evaluasi. Strategi ini diselenggarakan di semua tingkatan pemerintah dengan melibatkan berbagai institusi pemerintah yang terkait maupun pihak non pemerintah seperti swasta, masyarakat madani, dan komunitas.

Dikatakannya bahwa kegiatan ini dalam upaya mengubah perilaku masyarakat agar bayi terhindar dari stunting. Dengan adanya komunikasi antar pribadi, diharapkan adanya sinergitas yang baik untuk pencegahan stunting,.

 “ Ini merupakan program yang sangat mulia, karena terus terang saja, stunting itu diakibatkan pola dan termasuk perilaku masyarakat,” katanya.

Berbagai perilaku di masyarakat ditemukan belum optimal di antaranya, pertama, asupan makan ibu hamil dipengaruhi oleh suaminya dan/atau mertua sebagai orang yang mengambil keputusan mengenai makanan apa yang akan dibeli dan dikonsumsi.

Kedua, inisiasi menyusu dini belum menjadi norma; hanya sekitar setengah dari ibu melahirkan melakukan inisiasi menyusu dini dalam satu jam kelahiran.

Ketiga, Pengenalan kepada makanan tambahan yang terlalu dini, setengah dari anak yang mendapatkan ASI sudah menerima makanan padat atau semi padat pada umur empat atau lima bulan.

Keempat, perilaku mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, memasak, atau saat memberi makan masih rendah.

Tambahnya lagi, stunting tidak hanya terjadi pada kalangan masyarakat miskin tetapi juga di kelompok rumah tangga terkaya, yaitu sebesar 29% balita dari 20% rumah tangga dengan status sosial ekonomi tertinggi.

Akses ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terbatas juga mempengaruhi kepatuhan masyarakat, khususnya ibu hamil dan ibu menyusui, untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai jadwal.

Ketimpangan akses air minum dan sanitasi masih cukup besar, terutama di wilayah pinggiran air sungai, imbuhnya.

Dengan kegiatan ini diharapkan akan terjadi peningkatan perubahan perilaku dalam upaya pencegahan stunting pada semua kelompok sasaran, tuturnya. (MC Kota Subulussalam/toeb)