Pandemi COVID-19 Lahirkan Inovasi, Ibu-ibu Nagari Sungai Pinang Pessel Ciptakan Batik Mangrove

:


Oleh MC KAB PESISIR SELATAN, Senin, 22 Maret 2021 | 13:15 WIB - Redaktur: Kusnadi - 652


Painan, InfoPublik - Setiap minggunya kelompok wanita  Nagari Sungai Pinang, Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) tampak sibuk membatik tulis di atas sebuah kain berwarna putih yang telah disiapkan.

Tangannya tampak lentur memainkan canting yang digunakan untuk mengambil lilin batik yang telah dilelehkan. Sedangkan dua ibu-ibu lain tampak memberikan pewarna dan penjemuran, setelah beberapa kain selesai dibatik.

Ada yang unik dari kerajinan batik yang dilakoni oleh ibu–ibu yang termasuk dalam Anak Desa Sungai Pinang (Andespin) ini. Mereka memanfaatkan potensi bahan dari hutan mangrove, untuk menemukan pewarna dalam membuat kerajinan batik. Tentu, motif yang dibuat tidak jauh dari biota laut, seperti ikan, penyu, dan terumbu karang.

Hidayanti (50) seorang pengerajin batik menjelaskan, dari hasil pewarna dari alam yang ada di sekitarnya, ia dapat menemukan beberapa warna seperti merah, coklat, hitam, dan kuning.

“Kami memanfaatkan limbah dari hutan mangrove yang ada di sekitar kami, untuk dijadikan perwarna dalam membatik. Sehingga kami menyebutnya batik mangrove,” ucapnya.

Nagari Sungai Pinang, Kecamatan Koto XI Tarusan, Pessel merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan Sungai Pisang, Kecamatan Bungus, Kota Padang. Daerah tersebut sebelum pandemi COVID-19 masuk dalam daerah tujuan wisata bahari.

Alhasil, selain melaut, perekonomian penduduk menggantungkan diri ke industri pariwisata bahari Kawasan Mandeh yang sedang digandrungi wisatawan lokal dan mancanegara.

Sejak pandemi COVID-19, tak ayal, masyarakat hanya menggantungkan perekonomian hanya di sektor perikanan saja. “Sejak pandemi, industri pariwisata mati suri. Perekonomian masyarakat terganggu.

Ibu-ibu yang biasanya menjual makanan kepada wisatawan di sekitaran kawasan Mandeh, terpaksa menggantungkan perekonomian kepada suami yang bekerja sebagai nelayan,” ucap David Hidayat (33) pelopor berdirinya usaha batik mangrove di Nagari Sungai Pinang.

Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Hadi Susilo Senin (22/3) mengungkapkan batik dari mangrove ini benar - benar bisa menjadi salah produk andalan dari Pesisir Selatan terutama Nagari Sungai Pinang. "Kita telah melihat langsung dan berharap ini bisa berkembang dan mampu menjadi potensi yang bisa diandalkan ke depannya," ujarnya. 

Berharap agar ekonomi masyarakat terutama masyarakat pesisir kembali bergairah apalagi di tengah kondisi pandemi sekarang ini. Apalagi  potensi mangrove di Nagari Sungai Pinang sangat banyak dan mangrove merupakan satu potensi yang melimpah.

"Semoga dengan pengolahan Mangrove menjadi kopi dan batik bisa meningkatkan ekonomi masyarakat nantinya," ujarnya 

Pihaknya mendukung penuh program yang diluncurkan di daerahnya terutama memanfaatkan mangrove yang memang banyak tumbuh di daerahnya. Dengan program ini bisa membantu warga untuk mengembangkan potensi ini selain untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. 

"Kita berharap program ini bisa berkelanjutan sehingga warga bisa selalu berinovasi dalam berkreasi mengolah mangrove. Dan harapannya warga juga bisa mengambil nilai ekonomi dari program ini," ujarnya.