- Oleh MC KAB LUMAJANG
- Minggu, 18 Mei 2025 | 21:48 WIB
:
Oleh MC KAB LUMAJANG, Selasa, 22 April 2025 | 08:54 WIB - Redaktur: Juli - 2K
Lumajang, InfoPublik - Hari Kartini bukan sekadar tanggal merah dalam kalender nasional. Di Lumajang, peringatan ini menjadi ruang refleksi bagi perempuan untuk menyalakan semangat perjuangan, sebagaimana yang telah dirintis oleh Raden Ajeng Kartini lebih dari seabad silam.
Bupati Lumajang, Indah Amperawati yang akrab disapa Bunda Indah mengajak seluruh perempuan di Lumajang untuk menjadikan momen ini sebagai ajang introspeksi dan inspirasi. Ia berharap, Kartini tak hanya hadir dalam buku sejarah, tetapi juga dalam setiap langkah perempuan Lumajang masa kini.
“Perjuangan Raden Ajeng Kartini menjadi tonggak penting dalam emansipasi wanita Indonesia. Pemikiran dan visinya membuka jalan bagi perempuan untuk mengakses pendidikan, karier, dan kontribusi di berbagai bidang kehidupan,” ujar Bunda Indah saat ditemui di sela kegiatannya, Senin (21/4/2025).
Bagi Bunda Indah, Kartini bukan sekadar simbol. Ia adalah roh perjuangan, sosok revolusioner yang menyalakan obor perubahan dari balik jeruji tradisi. Kartini mengajarkan bahwa keberanian memulai adalah separuh kemenangan.
Menurutnya, semangat Kartini itu pula yang perlu terus dihidupkan di tengah tantangan zaman. “Hari ini, kita perempuan punya peluang yang jauh lebih luas dibandingkan masa Kartini. Tinggal bagaimana kita memanfaatkannya dengan maksimal,” tegasnya.
Bunda Indah sendiri merupakan representasi nyata dari perjuangan perempuan dalam birokrasi pemerintahan. Menjabat sebagai Wakil Bupati sebelumnya, kini ia memimpin Lumajang sebagai Bupati perempuan pertama. Baginya, pencapaian itu bukan soal gelar, melainkan tentang membukakan jalan bagi perempuan lain untuk ikut melangkah.
Di tengah perkembangan teknologi, kata Bunda Indah, perempuan dituntut bukan hanya sekadar hadir, tetapi juga adaptif dan solutif. “Perempuan hari ini harus cakap digital, bisa menjadi pelaku ekonomi kreatif, bahkan pemimpin di sektor publik maupun privat,” katanya.
Namun, ia juga menyadari bahwa kesetaraan belum sepenuhnya merata. Masih banyak perempuan di desa-desa yang belum tersentuh akses pendidikan atau mengalami keterbatasan ekonomi. Itulah sebabnya, Pemkab Lumajang terus mendorong program pemberdayaan perempuan hingga ke pelosok.
“Kita bangun pusat-pusat pelatihan keterampilan, UMKM perempuan, hingga pembinaan kader perempuan desa. Semua itu agar perempuan bisa mandiri secara ekonomi dan punya kepercayaan diri,” ungkapnya.
Bunda Indah percaya, perempuan adalah pelita peradaban. Jika seorang perempuan cerdas, maka ia akan mendidik generasi yang cerdas pula. Perempuan bukan pelengkap, tetapi penggerak.
Di berbagai kesempatan, ia juga kerap mengingatkan bahwa emansipasi bukan berarti melawan laki-laki, tapi tentang kemitraan. “Perempuan dan laki-laki adalah dua sayap burung yang sama. Jika salah satu patah, maka bangsa ini tak akan bisa terbang tinggi,” terang dia.
Pesan itu pun disampaikannya dalam berbagai forum mulai dari organisasi perempuan, komunitas ibu rumah tangga, hingga pelajar dan mahasiswa. Ia ingin semangat Kartini diterjemahkan menjadi karya nyata, bukan hanya perayaan simbolik semata.
Perempuan Lumajang pun perlahan menunjukkan geliatnya. Di sektor pertanian, banyak perempuan kini menjadi penggerak kelompok tani. Di dunia pendidikan, mereka hadir sebagai guru, kepala sekolah, bahkan pengambil kebijakan. Di dunia digital, banyak pula yang sukses sebagai konten kreator maupun pelaku e-commerce.
“Kita bersyukur, Lumajang memiliki potensi perempuan yang luar biasa. Tinggal bagaimana kita menciptakan ekosistem yang mendukung tumbuh kembangnya potensi itu,” ujar Bunda Indah.
Momentum Hari Kartini 2025 ini, menurutnya, adalah saat yang tepat untuk memperkuat komitmen bersama. Pemerintah, masyarakat, dan dunia pendidikan harus bergandengan tangan untuk menciptakan ruang yang aman dan produktif bagi perempuan.
Ia juga mengajak para ibu untuk menjadi agen perubahan di rumah masing-masing. “Tanamkan pada anak-anak, bahwa laki-laki dan perempuan punya hak dan kewajiban yang sama untuk belajar, berkontribusi, dan meraih cita-cita,” jelasnya.
Meski tantangan masih ada, Bunda Indah yakin, perubahan bisa terus diupayakan. Sebab, sejarah mencatat, perubahan besar sering kali dimulai dari langkah kecil yang konsisten.
“Kesetaraan dan keadilan juga menjadi inspirasi yang ditunjukkan oleh Ibu kita Kartini. Bahwa beliau memperjuangkan hak-hak itu bukan untuk dirinya semata, tapi untuk kita semua,” pungkasnya.
Di akhir pernyataannya, Bunda Indah menitipkan harapan: agar setiap perempuan di Lumajang mampu menjadi versi terbaik dari dirinya. Karena sejatinya, setiap perempuan adalah Kartini bagi lingkungannya masing-masing. (MC Kab. Lumajang/Ard/An-m)