:
Oleh MC Kab Aceh Tengah, Minggu, 20 September 2020 | 15:49 WIB - Redaktur: Kusnadi - 840
Takengon, InfoPublik – Meski masih dalam suasana pandemi Covid yang belum juga berakhir, namun para petani di Kecamatan Lut Tawar, Kabupaten Aceh Tengah, masih tetap produktif dengan usaha tani mereka. Selain terus meningkatkan ketahanan pangan melalui penanaman padi unggul varietas Inpari 30, para petani yang meiliki lahan di pinggiran Danau Laut tawar ini, juga secara rutin membudidayakan komoditi bawang merah di lahan sawah mereka, selepas panen padi.
Aktifitas petani bawang merah di wilayah ini, seolah tidak terpengaruh oleh pandemi Covid yang dalam beberapa bulan terakhir juga sudah mulai memapar daerah ini. Usai memanen padi pada akhir bulan Mei 2020 yang lalu, para petani di beberapa desa di Kecamatan Lut Tawar, langsung mengolah kembali lahan mereka untuk persiapan pertanaman bawang merah, seperti kebiasaan yang sudah mereka lakukan dalam beberapa terakhir ini.
Secara agroklimat, lahan di pinggiran Danau Laut Tawar itu memang sangat cocok untuk budidaya bawang merah. Selain produktivitasnya cukup tinggi, kualitas bawang merah lokal dari kecamatan Lut Tawar ini sudah tidak diragukan lagi, bahkan beberapa waktu yang lalu pernah dipasarkan sampai ke pulau Jawa.
Usaha mereka membudidayakan bawang merah pada tahun ini tidak sia-sia, meski masih dalam suasana pandemi covid, petani di Kecamatan Lut Tawar, khususnya di Desa Pedemun, berhasil memanen bawang merah mereka seluas 30 hektare yang ditanam pada akhir bulan Juni 2020 yang lalu. Sabtu (19/9/2020), para petani ini terlihat sumringah saat melihat hasil panen mereka yang sangat bagus dan melimpah.
Bupati Aceh Tengah, Drs. Shabela Abubakar bersama unsur Forkopimda, perwakilan Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Tengah dan para penyuluh pertanian di daerah ini, terlihat turut membaur bersama petani melakukan panen bawang merah di desa Pedemun.
Difasilitasi oleh Dinas pertanian dan Perkebunan Aceh, para petani yang mendapat bantuan stimulan berupa benih bawang varietas Batu Ijo dan saprodi lainnya, terlihat begitu antusias melihat hasil panen dengan umbi yang rata-rata berukuran besar dan padat. Dipilihnya varietas Batu ijo ini, karena varietas ini dinilai cukup adaptatif dibudidayakan di wilayah kecamatan Lut Tawar ini dan pada penanaman sebelum-sebelumnya, varietas ini cukup menjanjikan produktivitas maupun kualitasnya.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Tengah, Ir. Nasrun Liwanza, MM menuturkan bahwa pengembangan komoditi bawang merah bantuan dari Distanbun Aceh tahun 2020 ini seluas 45 hektare, adapaun lokasi pengembangannya adalah kecamatan Lut Tawar seluas 30 hektare dan Kecamatan Bintang seluas 15 Hektare.
"Tahun ini pengembangan bawang merah bantuan dari Provinsi Aceh seluas 45 hektare, kita fokuskan di Kecamatan Lut Tawar dan Bintang, dan hari ini yang ditanam di Kecamatan Lut Tawar sudah bisa kita panen dengan hasil yang sangat memuaskan. Kita harapkan tahun depan dapat ditambah dan ditanam di kecamatan yang lain," ungkap Nasrun, Sabtu (19/9/2020).
Nasrun juga menjelaskan, selain pengembangan komoditi bawang merah yang berasal dari bantuan pemerintah, di Kecamatan Lut Tawar dan Bintang, para petani juga membudidayakannya secara swadaya, bahkan arealnya jauh lebih luas dibanding dengan pengembangan bawang merah yang dibantu oleh pemerintah.
“Bantuan pengembangan komoditi bawang merah ini hanya sebagai stimulan, sebagai bentuk perhatian kita terhadap pengembangan komoditi ini di kabupaten Aceh Tengah, petani disini sudah terbiasa membudidayakannya secara swadaya, jadi ada atau tidak ada bantuan, petani akan tetap menanam bawang merah, karena mereka sudah merasakan hasilnya, mampu mendongkrak kesejahteraan mereka,” lanjutnya.
Sementara itu, Kadis Pertanian dan Perkebunan Aceh yang diwakili Kepala Bidang Hortikultura, Fahrul Razi, SP, MP menyampaikan bahwa produksi bawang merah Aceh saat ini baru mencapai 8.668 Ton, masih belum bisa memenuhi kebutuhan konsumsi sebesar 17.942 Ton.
"Untuk kebutuhan konsumsi saja, masih terdapat kekurangan sekitar 9.244 ton, ini menjadi peluang bagi Aceh Tengah untuk menjadi penyuplai kebutuhan bawang merah di provinsi Aceh, karena daerah ini memiliki potensi sebagai salah satu sentra produksi bawang merah di Aceh, selain untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, kedepannya juga bisa dikembangkan sebagai penghasil benih sehingga kita tidak perlu mendatangkan benih bawang dari luar daerah," ujar Fahrul.
Bupati Aceh Tengah, Shabela Abubakar yang turut memberi semangat kepada petani dengan menghadiri panen bawang merah ini menyatakan bahwa pemerintah daerah telah menetapkan kawasan pengembangan hortikultura di Kabupaten Aceh Tengah, salah satunya adalah pengembangan komoditi bawang merah di sekitar Danau Lut Tawar di kecamatan Lut tawar dan Bintang. Menurutnya, lahan di kawasan tersebut cocok untuk pengembangan bawang merah, baik ketinggian tempat maupun kesuburan tanah.
"Hari ini kita menyaksikan langsung bahwa wilayah kecamatan Lut Tawar merupakan arela yang sangat cocok untuk pengembangan komoditi bawang merah, kondisi lahan dan iklimnya sangat mendukung, selain varietas rekomendasi seperti Batu ijo ini, sebenarnya kita juga sudah memiliki varietas lokal bawang merah yang diberi nama Lasun Gayo yang sudah dilepas oleh Kementerian Pertanian pada tahun 2018 lalu dengan keunggulan memiliki aroma yang lebih tajam, warna cerah dan produktifitas tinggi, kita harapkan kedepan kita mampu menjadi produsen bawang merah sekaligus penyedia benih berkualitas khususnya di provinsi Aceh," ungkap Shabela.
Dalam kesempatan itu, Shabela juga menyampaikan bahwa kebutuhan benih bawang merah selama ini masih mengandalkan pasokan dari luar, dan dia berharap para petani di Aceh Tengah nantinya mampu secara mandiri memproduksi bibit dan tidak lagi mendatangkan dari luar.
"Mendatangkan bibit dari luar akan memerlukan biaya yang besar. Kalau kita bisa memproduksi benih sendiri, tentu bisa menkan biaya produksi, sehingga keuntungan petani menjadi lebih besar. Saya sudah instruksikan kepada Dinas Pertanian untuk terus membina petani penangkar agar dapat memproduksi benih unggul bersertifikat untuk memenuhi kebutuhan lokal maupun permintaan dari daerah lain,” lanjutnya.
Shabela juga meminta kepada kelompok tani untuk menerapkan teknologi yang ramah lingkungan dengan menggunakan pupuk organik baik padat maupun cair serta pestisida nabati yang mudah terurai dalam budidaya bawang merah ini, sehingga produk yang dihasilkan akan memiliki daya saing karena merupakan produk organik.
"Pangan organik merupakan tren yang semakin berkembang saat ini, ini harus menjadi motivasi bagi petani untuk mampu menghasilkan produk pertanian organik, termasuk dalam budidaya bawang merah ini. Produk organik akan memiliki daya saing dalam pemasaran, jadi usahakan sebisa mungkin untuk tidak menggunakan bahan kimia dalam budidaya bawang merah ini. Penggunaan material kimia berlebihan selain menyebabkan produk pertanian yang dihasilkan menjadi tidak aman dikonsumsi, juga akan menyebabkan kerusakan lingkungan. Apalagi kita menanam di pinggiran danau, di mana sebagian limbahnya akan masuk dan mencemari lingkungan Danau Laut Tawar jika penggunaan bahan kimia tidak dikendalikan,” pungkasnya.
Dari amatan penulis di lapangan, produktivitas bawang merah di kecmatan Lut tawar ini relatif tinggi, bisa mencapai 8 ton umbi basah per hektarnya, sementara harga pasar saai ini berkisar 15 sampai 20 ribu per kilogramnya. (Fathan Muhammad Taufiq/MC Aceh Tengah)