:
Oleh MC KOTA SUBULUSSALAM, Jumat, 26 Juni 2020 | 16:38 WIB - Redaktur: Tobari - 398
Subulussalam, InfoPublik - Kota Subulussalam bertekad menurunkan stunting bahkan menghapus stunting, hal tersebut dikatakan Wali kota Subulussalam H. Affan Alfian dalam membuka acara Rembug Stunting Kegiatan Koordinasi Konvergensi Lintas Program dan Lintas Sektor dalam Penurunan Stunting Kota Subulussalam Tahun 2020 di Hotel Hermes One Subulusslam, jumat (26/6/2020).
Dihadapan Kepala SKPK, Para Camat, Kepala Puskesmas, Kepala Kampong yang menjadi Lokus penanganan stunting, Walikota menyebutkan saat ini stunting menjadi salah satu kata yang mulai akrab di telinga kita.
Namanya memang sering terdengar belakangan ini, stunting ini bukanlah masalah yang baru, melainkan masalah yang sudah ada sejak lama di Indonesia, tapi isunya baru muncul ke permukaan akhir-akhir ini, pungkasnya.
Stunting mulai menjadi isu nasional saat presiden menyelipkan isu pencegahan stunting pada pidato kenegaraan dalam rangka HUT Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 2017 dan 2018. Karena sudah menjadi perhatian Presiden, upaya mencegah stunting ini pun akhirnya menjadi perhatian nasional hingga daerah.
Fenomena stunting di Kota Subulussalam sangat memprihatinkan maka semua pihak tanpa terkecuali harus segera menindaklanjuti dengan serius dan mengupayakan berbagai kebijakan melalui sektor terkait, untuk mengurangi bahkan menghapuskan stunting di Kota Subulussalam, tegasnya.
Untuk memerangi stunting maka peru komitmen bersama semua pihak, antara pemerintah daerah, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya untuk dapat menjalin sinergi yang baik dan berkesinambungan, katanya.
Stunting jangan dianggap remeh karena menyangkut generasi Indonesia kedepan, apabila tidak serius dalam penanganannya maka Indonesia melahirkan generasi yang lemah, untuk mewujudkan generasi emas maka semua pihak harus serius untuk melakukan perubahan strategis, sebutnya.
Diantaranya menyiapkan program dan kegiatan preventif dan promotif yang dapat meng-edukasi dan mendorong masyarakat, terutama ibu hamil untuk berperilaku yang mengarah pada peningkatan kesehatan gizi ibu dan anaknya.
Semua sektor, melalui sistem terpadu agar dapat mengantisipasi dan melakukan upaya pencegahan bertambahnya balita stunting, pintanya.
Juga kepada para Camat agar mendampingi serta mengarahkan kampong dalam perencanaan dan penganggaran program dan kegiatan pembangunan kampong untuk menyelengarakan intervensi prioritas.
Termasuk dalam mengoptimalkan sumber daya dan melaksanakan pemutakhiran data permasalahan stunting di wilayahnya dengan petugas dari Dinas Kesehatan.
Penetapan Kota Subulussalam sebagai lokus stunting nasional pada tahun 2020, menjadi harapan Kota Subulussalam untuk melakukan percepatan penurunan bahkan penuntasan stunting di Kota Subulussalam.
Bukti ini sebagai komitmen awal untuk memulai intervensi stunting. sebab, melalui forum ini seluruh pemangku kepentingan dapat melakukan penajaman, penyelarasan, dan klasifikasi usulan program percepatan penurunan stunting.
Sehingga tercapai kesepakatan yang akan diintegrasikan ke dalam RKPD Kota Subulussalam.
Aksi percepatan penurunan stunting di Kota Subulussalam harus benar-benar serius dilakukan baik Kepala Daerah sendiri, DPRK, SKPK terkait, khususnya Dinas Kesehatan, PKK, Camat, Kepala Kampong, Kepala Puskesmas.
Diakhir sambutannya Wali kota mengimbau sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing untuk menjawab tuntutan serta harapan masyarakat akan peningkatan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Tekad turunkan stunting dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, Wakil Walikota Subulussalam Drs. Salmaza, MAP membacakan 9 komitmen Pemerintah Kota Subulussalam.
Pertama, melakukan aksi konvergensi/intergrasi program dan kegiatan yang terkait dengan percepatan pencegahan dan penanganan stunting di kota Subulussalam.
Kedua, menjadi Konvergensi program percepatan pencegahan dan penanganan stunting terintergrasi sebagai prioritas pembangunan kesehatan di Kota Subulussalam
Ketiga, melakukan pengumpulan dan publikasi data stunting serta program-program percepatan yang sudah dilakukan secara berkala dan menggunakan data sebagai dasar untuk melakukan evaluasi konvergensi program percepatan pencegahan dan penanganan stunting.
Keempat, menyusun kebijakan kampanye perubahan perilaku dan komunikasi masyarakat untuk konvergensi program percepatan pencegahan dan penanganan stunting.
Kelima, meningkatkan peran desa dalam melakukan konvergensi program percepatan pencegahan dan penanganan stunting di desa.
Keenam, menerapkan metode emotional - demontrasi ( EmoDemo) sebagai salah satu strategi komunikasi perubahan perilaku masyarakat untuk percepatan pencegahan penanganan stunting dan akan dikembangkan ke seluruh lokasi posyandu di wilayah Kota Subulussalam.
Ketujuh, mengintensifkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) di seluruh. perangkat daerah, kecamatan dan desa. Kedelapan, mengoptimalkan Gerakan Masyarakat Gemar Makan Ikan (Gemarikan) di semua lapisan masyarakat.
Kesembilan, menjadikan Rembuk Stunting sebagai forum strategi dalam percepatan dan evaluasi program konvergensi percepatan pencegahan dan penanganan stunting.
Dalam kesempatan itu Walikota H. Affan Alfian, Wakil Walikota Drs. Salmaza, MAP, Anggota DPRK Dedi, Ketua TP PKK Hj. Mariani Harahap, perwakilan SKPK Kepala Dinas Kesehatan Munawarah, Kepala Dinas Pendidikan H. Sairun, Camat Rundeng Irwan Faisal mewakil para Camat dan Kepala Kampong Tanah Tumbuh Amrin Bancin mewakili para Kepala Kampong menandatangani 9 Komitmen dalam rangka meningkatkan kualitas SDM Indonesia.
Kepala Dinas Kesehatan Munawarah menyebutkan kegiatan ini seharusnya dilaksanakan pada Maret lalu namun karena adanya musibah pandemi covid 19 melanda dunia termasuk Indonesia.
"Semua kegiatan yang bersifat mengumpulkan massa dilarang maka kegiatan tunda," sebutnya.
Ditetapkan Kota Subulussalam sebagai daerah zona hijau dan adanya penerapan new normal tatanan baru, kegiatan inipun dilaksanakan dengan tetap mengikuti protokol kesehatan, ucapnya.
Asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi, dan stunting terjadi dimulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.
Mengingat bahaya stunting begitu berdampak besar pada pertumbuhan anak maka perlu adanya penanganan serius dengan memberikan asupan gizi pada ibu hamil, balita dan menjaga lingkungan agar tetap bersih serta peningkatan kapasitas melalui pola asuh sesuai umur dan kebutuhan anak, katanya.
Diakhir acara, melalui daring menggunakan aplikasi zoom perwakilan Bappeda Aceh Setiawati, SKM, MPH Kasubid Kependudukan dan Kessos memberikan paparan mengenai “ Peran Pemerintah Daerah Dalam Mendukung Konvergensi Pencegahan Stunting". (MC Kota Subulussalam/toeb)