:
Oleh MC PROV NUSA TENGGARA BARAT, Rabu, 6 Mei 2020 | 19:47 WIB - Redaktur: Yudi Rahmat - 654
Mataram, infopublik - Peneliti dari Universitas Mataram, Dr. Haeril menilai untuk bisa memutus lebih cepat rantai penyebaran Covid-19 ditengah masyarakat diperlukan skenario Intervensi kebijakan yang ketat atau moderat oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Efektivitas kebijakan tersebut, sangat tergantung dari komitmen masyarakat dan pemerintah dalam mengendalikan penyebaran Covid-19. "Masyarakat merupakan garda terdepan dalam upaya pengendalian penyebaran Covid-19,”katanya saat memaparkan skenario Intervensi dalam mengendalikan penyebaran Covid-19 di NTB dengan Pendekatan Model SEIR (Susceptibles, Exposed, Infected, Recovered), di ruang kerja Gubernur NTB, Rabu(6/04/2020).
Menurutnya, SEIR menggunakan pendekatan kepada kelompok individu yang rentan, kelompok terkena Covid-19 namun tidak tampak gejalanya, kelompok individu yang terinfeksi Covid-19 dan terakhir kelompok yang sembuh dari Covid-19.
Ia mensimulasikan tiga skenario pengendalian yang mungkin diterapkan di NTB. Yakni, Pertama, Skenario Longgar dengan efektivitas implementasi intervensi 25 %. Kedua, Skenario moderat dengan efektivitas implementasi intervensi 50 %. Dan ketiga adalah skenario ketat/wajib dengan efektivitas implementasi intervensi >75 %.
Haeril memprediksi, jika hanya menerapkan skenario pertama (longgar) seperti saat ini, maka 2000 an warga ( NTB) bisa terinfeksi pada hari ke 145. "Namun jika kita gunakan skenario moderat, akan terjadi perubahan yang sangat signifikan. Sebanyak 560an warga yang akan terinfeksi di hari ke- 145” ulas Dr. Haeril.
Menurutnya, faktor preventif ini yang didorong, ketimbang kuratif dan detektif. Bagaimana mengendalikan OTG dan PPTG, Bagaimana mengedukasi masyarakat, sosialisasi besar-besaran. "Kita akan mengatur rekayasa sosial masyarakat.” tutup Haeril.
Sementara itu Gubernur NTB Dr.H Zulkieflimansyah memberikan apresiasi kepada para peneliti yang telah berpartisipasi dengan membantu Pemerintah dalam menangani penyebaran pendemi Covid-19 di NTB.
“Teman-teman sudah punya pengalaman. Simulasi ini menarik, karena mencoba mengubah cara pandang kita menangani Covid-19. Sistem dinamik ini hanya tools, alat untuk merubah pikiran sehingga kebijakan yang kita ambil tepat. ” ujar Gubernur.
Gubernur juga menyampaikan bahwa penanganan Covid-19 di setiap kabupaten /Kota di NTB bisa berbeda dikarenakan kondisi di lapangan berbeda atau tidak sama persis. “Kita konsen pada penyebaran, namun juga kita konsen pada pada dampak sosial ekonomi nya. Masalahnya kini, kondisi di setiap Kabupaten /kota berbeda, secara objektif berbeda – beda, sehingga kita harus hati-hati” jelasnya
Gubernur juga berharap simulasi yang dipaparkan bisa lebih komprehensif dan lebih variarif lagi. Misalnya simulasi bagaimana jika semua pasar di NTB berbasis online, “Impact nya seperti apa. Jika akses jalan di batasi seperti apa. Jika ada pendekatan yang bisa mengorek secara keseluruhan, tentu sangat baik sekali” harap Gubernur.
Hal senada diungkapkan Wakil Gubernur Umi Rohmi. Diperlukan kedisiplinan dari semua pihak untuk mematuhi protokol pencegahan covid 19. "Kuncinya terletak pada kepatuhan semua pihak", ujarnya. (@diskominfotik)