Wakil Wali Kota Buka Sosialisasi Program Kampong Iklim

:


Oleh MC KOTA SUBULUSSALAM, Kamis, 21 November 2019 | 04:16 WIB - Redaktur: Tobari - 368


Subulussalam, InfoPublik - Wakil Wali kota Subulussalam Drs. Salmaza, MAP membuka sosialisasi program kampong iklim yang diselenggarakan BCCPGLE KFW Aceh, bertempat di Aula LPSE Setdako Subulussalam, Rabu (20/11/2019).

Pemanasan global memicu perubahan iklim yang memberikan perubahan yang signifikan terhadap kehidupan manusia di bumi.

Perubahan iklim telah menyebabkan berubahnya pola hujan, naiknya muka air laut, terjadinya badai dan gelombang yang tinggi serta dampak merugikan lainnya yang mengancam kehidupan masyarakat.

Sepuluh program iklim gampong mengikuti sosialisasi dengan narasumber Firdaus, S. Hut M. Si dan Hary Yanto, S. Hut. MP. Sepuluh proklim gampong berasal dari Bawan, Pasir Belo, Darul Makmur, Singgersing, Batu Napal, Namo Buaya keenamnya dari Kecamatan Sultan Daulat.

Panji dan Longkib keduanya dari Kecamatan Longkib, Binanga dan Kuta Beringin keduanya dari Kecamatan Rundeng. Masing-masing proklim gampong diikuti 8 orang.

“ Program kampong iklim selain di Kota Subulussalam juga dilaksanakan didaerah lain di seluruh Indonesia suatu program nasional yang dikembangkan oleh Kementerian lingkungan hidup,“ ucap Wakil Wali kota Drs. Salmaza, MAP mengawali kata sambutannya.

Tujuan program ini adalah untuk menciptakan masyarakat yang memahami permasalahan perubahan iklim, untuk memahami permasalahan iklim yang mempunyai dampak yang ditimbulkan oleh perubahan tersebut.

Serta melakukan aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim secara proaktif yang berkontribusi dalam pencapaian pembangunan yang berkelanjutan, pungkasnya.

Selain itu juga juga tujuan proklim untuk kesadaran masyarakat ataupun untuk menyadarkan kita masyarakat dalam menjaga lingkungan kita masing-masing, ucapnya.

Perubahan iklim saat ini tidak bisa terdeteksi sehingga ketika petani menanam jagung atau menanam padi terjadi banjir mendadak atau kejadian lainnya akibat perubahan iklim jelas yang dirugikan adalah petani.

Menjaga hutan agar tidak terjadi longsor di kala hujan, kebakaran hutan serta pengelolaan sampah dan ketahanan pangan, juga kegiatan yang dapat menumbuhkan semangat gotong royong menjadi bagian dari program kampong iklim.

“ Aceh merupakan provinsi yang rentan terhadap perubahan iklim dan bencana, “ sebut Salmaza.

Kalau kanal belum ada maka banjir akan selalu menghantui masyarakat di pinggir sungai. Dengan adanya kanal maka kita bisa mengelola air dengan baik.

Berharap BCCPGLE ini bisa berkontribusi banyak dalam hal mensejahterakan masyarakat disekitar kawasan hutan lauser atau kawasan rawa Singkil dan pinggiran sungai.

Bukan selalu melarang masyarakat mengambil hasil hutan dikawasan itu saja, karena mereka dari zaman dahulu sudah terbiasa hidup dengan bergantung dari hasil hutan, katanya.

Menurutnya, hidup itu sebentar maka berbuatlah untuk hari esok maka jangan suka-suka saja kita bekerja contoh program desa harus dimusyawarahkan jangan main sendiri oleh keuchik.

Upayakan uang itu beredar di kampong kita sendiri jangan sampai keluar . Sejahterakan masyarakat kita inilah bagian dari program perubahan iklim juga, tuturnya. (MC Kota Subulussalam/toeb)