:
Oleh MC KAB GARUT, Selasa, 30 Juli 2019 | 09:19 WIB - Redaktur: Tobari - 258
Garut, InfoPublik - Akbat musim kemarau sekitar 70% lahan pertanian di wilayah Garut Selatan sudah mengalami kekeringan. Selain akibat kemarau, kekeringan juga disebabkan kerusakan hutan.
"Kalau untuk kebutuhan rumah tangga, air masih cukup. Tapi untuk lahan pertanian, air sudah kurang, bahkan tidak ada," ujar Bupati Garut H Rudy Gunawan, ditemui usai pelantikan Pejabat eselon III dan IV yang dilaksanakan di lapang Setda Garut, Senin (29/7/2019).
Menurut Rudy, saat ini sungai-sungai yang menjadi sumber air untuk mengairi sawah sudah kering. Dari hasil peninjauan yang dilakukannya, sedikitnya ada delapan kecamatan yang sudah mulai mengalami kekeringan.
"Sudah cukup parah. Mulai dari Pameungpeuk, Cibalong, Cikelet, Cisompet, Mekarmukti, Caringin, Bungbulang, dan Cisompet," ucapnya.
Meski begitu, warga di sekatan mengaku telah terbiasa dengan kondisi tersebut. Pasalnya kebanyakan lahan pertanian yang ada di wilayah tersebut merupakan tadah hujan. Namun irigasi dari sungai juga jadi salah satu sumber air.
"Sumber mata air di gunungnya sudah minim. Ada kerusakan hutan, jadi perlu ditanami lagi pepohonan," katanya.
Rudy menyebutkan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut akan membantu para petani yang mengalami kekeringan, mulai dari pompanisasi sampai pemberian bibit.
Hanya saja untuk daerah yang sulit air, agak susah untuk pompanisasi. Tapi tetap diusahakan agar ada air ke lahan mereka.
Selain untuk lahan pertanian, Pemkab Garut juga rutin mengirimkan air bersih ke permukiman warga yang dinilai membutuhkan.
"Seperti kemarin ke daerah Cigedug kami sudah kirim air bersih. Beberapa kecamatan juga sudah minta. Sudah saya intruksikan PDAM agar mengirim air bersih ke warga yang membutuhkan," katanya. (Diskominfo Garut/toeb)