:
Oleh MC KAB LAMPUNG TIMUR, Kamis, 27 Juni 2019 | 11:10 WIB - Redaktur: Juli - 1K
Labuhan Ratu, InfoPublik - Dalam dua musim ini keuntungan budi daya sayuran yang dilakukan petani holtikultura, di Desa Labuhan Ratu 7, Kecamatan Labuhan Ratu Lampung Timur, menuai keuntungan besar.
Selama musim tanam yaitu tahun 2018 dan 2019, Eko Priyanto (43) petani sayuran warga Labuhan Ratu 7 dalam bertani sayuran yakni Gambas, bisa meraup keuntungan hingga ratusan juta dalam sekali musim tanam sayuran itu.
Dia menanam Gambas di luas lahan 1,5 hektare dan mentimun 0,5 hektare. "Tahun ini dan tahun kemarin harga bagus, Gambas diambil pembeli Rp6.000 dan mentimun di harga Rp3.000", kata Eko menuturkan di kediamanya, Rabu (26/6/2019).
Menurut Eko, modal untuk budi daya sayuran khususnya Gambas dalam 1,5 hektarenya mencapai Rp25 juta. Biaya tersebut dikeluarkan mulai dari persiapan pengolahan lahan, pengadaan bibit, pemupukan sampai biaya pekerja untuk panen dan perawatanya selama 3 bulan.
"Selama masa pemanenan, pekerja 2 hari sekali melakukanya, dan mampu sebanyak 20 kali masa pemanenanya. Hasil puncaknya bisa sampai 1,5 ton sekali panen, dan musim ini saya menargetkan 25 ton untuk sayur Gambasnya," ungkap Eko petani Sayuran yang sudah menekuni bidangnya hampir 20 tahun.
Dikalkulasi, dengan harga Gambas Rp6.000, dan total perolehan panen mencapai 25 ton, Eko bisa meraup keuntungan Rp125 juta bersih dalam 3 bulan masa budi daya sayuran tersebut, belum lagi dari hasil sayuran lainya yaitu mentimun.
Dalam beberapa penjelasanya dan berbagi pengalaman dalam bertani. Menurut Eko, untuk budi daya sayuran lebih menguntungkan, dengan memakai sistem siklus pergantian tanaman dalam setahun, Eko bisa lebih banyak menghemat biaya untuk olahan awal.
Untuk tahun 2019 ini, tanaman yang biasa di budidayakan adalah jagung, Sayuran Gambas, Timun, Pare, Kacang Panjang, Terong, yang di tanam secara bergantian. "Walau terkadang dalam hal itu salah satu kita tidak mendapatkan harga yang baik, tetapi paling tidak kita tak buang biaya dalam olahan awal"jelas dia.
Eko yang juga termasuk salah satu anggota komunitas Paguyuban Petani Pedagang Sayur (P3S) Lampung, mengakui bahwa selama ini dari instansi pemerintah daerah di bawah naungan Dinas pertanian sudah sangat proaktif dalam membantu masalah kebijakan. Semisal beberapa bantuan yang pernah diperlukan atau ajukan, seperti Sumur Bor, ataupun Alat Pertanian untuk Kelompok Tani bisa terealisasi. (@nd&Putri)