:
Oleh MC Kab Sumbawa Barat, Senin, 10 Juni 2019 | 16:18 WIB - Redaktur: Tobari - 1K
Sumbawa Barat. InfoPublik - Dinas Kominfo Kabupaten Sumbawa Barat melaksanakan survey dan pendataan desa (wilayah) yang belum bisa mengakses sinyal secara lancar dan tidak ada sinyal telekomunikasi atau dikenal dengan wilayah blank spot.
"Survey tersebut, dilakukan selama 7 hari, dari tanggal 20 Mei s.d 28 Mei 2019," kata Kepala Seksi Komunikasi, Nursyafriady, ST., M.T.I., dalam keterangannya, saat ditemui di ruang kerja, Senin, (10/6/2019).
Nursyafriady memaparkan, tahun 2019 ini, Diskominfo KSB melalui Badan Aksesibilitas Teknologi Informasi dan Komunikasi (BAKTI) Kementerian Kominfo, merencanakan program pembangunan Base Transceiver Station (BTS)/Tower Telekomunikasi LastMile.
BTS yang akan dibangun adalah BTS Perintis dengan menggunakan teknologi Very Small Aperture Terminal (VSAT) dengan catu daya BTS Perintis didukung panel Solar Cell (Sel Surya).
Pada 29 April s.d 30 April 2019 lalu, telah dilaksanakan Focus Group Discussion (FGD) di lesehan green asri mataram, yang melibatkan seluruh Dinas Kominfo Kab./Kota seluruh NTB.
Agenda tersebut diprakarsai oleh Dinas Kominfotik Provinsi NTB, dengan narasumber dari BAKTI dan Direktorat Telekomunikasi Kementerian Kominfo R.I.
Pada pertemuan tersebut dijelaskan bahwa ada 6 lokasi di Kabupaten Sumbawa Barat yang direncanakan untuk pembangunan BTS blank spot yaitu Desa Lamuntet, Desa Bangkat Monteh, Desa Lampok, Desa Tuananga, dan Desa Seminar Salit.
Berdasarkan survey langsung ke lapangan, 6 lokasi usulan pembangunan BTS perintis untuk daerah Blank Spot di Kabupaten Sumbawa Barat yaitu: Desa Rarak Ronges, Desa Mataiyang, Desa Kelanir, Desa Tuananga, Dusun Omal Sapa Desa Mantar, dan Desa Seminar Salit.
BTS perintis didukung oleh teknologi seluler 2G, artinya hanya bisa melakukan komunikasi digital melalui telpon dan SMS yang merupakan layanan standar dari generasi ke 2 teknologi seluler Global System Mobile (GSM).
Hal ini untuk menarik minat Provider penyedia jasa telekomunikasi untuk mendirikan BTS dengan standar layanan seluler minimal teknologi 3G.
Dari hasil survey bersama penyedia BTS perintis bahwa 6 lokasi tersebut masuk kategori blank spot, baik tidak ada sinyal sama sekali, maupun sudah ada sinyal namun kekuatan sinyal rendah (kurang dari 110 dBm) atau disebut dengan sinyal hampa/sinyal broadcast/sinyal beacon/sinyal penanda dari BTS provider telekomunikasi yang terdekat.
Menurut teori komunikasi bergerak, apabila kekuatan sinyal kuat akan mampu melakukan komunikasi 2 arah antara transmitter dan receiver, kalau komunikasi 1 arah maka tidak akan terjadi komunikasi digital secara lancar (adanya jalur bottle neck).
Artinya sinyal itu dikirim dulu oleh transmitter, diterima oleh receiver berupa sinyal beacon sebagai sinyal penanda (sinyal say hello). Kemudian receiver mengirim balik lagi ke transmitter.
"Nah ini maksudnya komunikasi digital 2 arah yang akan menjamin hubungan komunikasi seluler secara lancar. Ini juga tentunya harus didukung oleh kekuatan power transmitter dan jangkauan radius gelombang elektromagnetik antena BTS,” kata Nursyafriady.
Sementara itu, Saifullah, S.IP, Kepala Bidang Kominfo, menambahkan, Pembangunan BTS blank spot di 6 desa tersebut akan dilaksanakan dengan syarat bahwa Pemerintah Desa setempat harus mendukung dengan ketersediaan tanah lokasi dengan ukuran 20 x 20 meter.
"Yang nantinya akan dibuatkan surat hibah ke Bupati Sumbawa Barat dan diketahui oleh Badan Pemberdayaan Desa (BPD) desa setempat," katanya.
Sedangkan sistem yang digunakan yaitu menggunakan satelit yang artinya dimanapun lokasi tanah yang ditunjuk selama di tanah datar maka dapat digunakan untuk memasang tower.
Pekerjaan pembangunan BTS blank spot ini, akan dimulai setelah adanya Direct Meeting (DRM) bersama dengan Kementerian Kominfo R.I yang diperkirakan akan dilaksanakan dalam bulan ini. (MC Sumbawa Barat/feryal/tifa/toeb)