Masjid Darul Muttaqin Diusulkan Jadi Cagar Budaya

:


Oleh MC KAB KARANGANYAR, Selasa, 21 Mei 2019 | 09:36 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 4K


Karanganyar, InfoPublik - Masjid Darul Muttaqin, Dukuh Pulosari Desa Kaliboto Kecamatan Mojogedang diusulkan pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karanganyar untuk menjadi cagar budaya kepada pemerintah pusat. Pengajuan ini diharapkan untuk bisa melestarikan dan dibantu dananya dibantu pemerintah agar keasliannya tetap terjaga. Sebab Masjid Darul Muttaqin diyakini sebagai masjid tertua dan merupakan peninggalan dari Kyai Abdullah Fatah.

“Jika jadi benda cagar budaya maka akan dirawat dan didanai pemerintah. Hal itu terkait dengan keasliaan masjid akan tetap terjaga karena ini masjid yang konon cerita  tiba-tiba hadir di sini,” papar Bupati Karanganyar, Juliyatmono saat kegiatan tarling Senin malam (20/05) di Masjid Darul Mutaqin.

Menurut Pengurus Masjid, Haryono dulu kawasan sekitar daerah Pulosari ini adalah hutan belantara. Kemudian dinamanakan Dusun Pulosari karena memang tempat disini tersebut paling tinggi. Yang menjadi ciri khas masjid ini adalah tiang empat, usuk jumlah 99 (Asmaul Husna), beduk, sendhang dan mimbar.  “Semua ciri khas itu masih ada, hanya saja sebagian usuk diganti yang baru. Supaya lebih aman,” imbuhnya.

Masjid Darul Muttaqin diyakini masyarakat sebagai Masjid Tiban. Masjid Tiban dalam bahasa Jawa adalah masjid yang tiba-tiba ada atau jatuh dari langit. Jika dilihat dari luar, nyaris tak ada gambaran atau kesan tua dari masjid tersebut. Tembok serambi masjid didominasi warna biru dan keramik berwarna cream. Namun ketika masuk kedalam tempat peribadatan, barulah masjid ini bisa dikatakan mempunyai riwayat panjang. Empat kayu penyangga dari pohon jati tampak berdiri kokoh menyangga atap masjid.

Begitu pula usuk berjumlah 99 yang melambangkan asmaul husna. Adapula mimbar masjid lengkap dengan tongkat.  Jika diperhatikan ada yang unik dari mimbar tersebut. Layaknya tempat berkotbah pada umumnya, mimbar ini sama sekali tak mempunyai penghalang bagian depan. Hanya tempat duduk dengan desain melengkung ditambah kuping di sisi kanan dan kirinya. “Masjid Darul Muttaqin lebih dikenal masyarakat sebagai Masjid Tiban. Karena tidak tahu masjid ini berdirinya sejak kapan, masyarakat menamainya Masjid Tiban,” ungkap Haryono.

Haryono menambahkan dulunya ada dua sendang di sebelah selatan dan utara masjid. Sendang itu dulunya dijadikan sebagai tempat wudhu para jamaah masjid. "Sendang di sebelah selatan masjid kini sudah dibongkar dan dijadikan tempat para santri, ada 6 santri yang tinggal di sini.

Sedangkan sendang di sebelah utara masih ada, akan tetapi difungsikan kolam,"lanjutnya.Selain sendang, di belakang atau barat bangunan masjid ada dua makam yakni makam Waliullah Abdullah Fattah dan Eyang Tumenggung Wirosari dari keraton yogyakarta. Makam Waliullah Abdullah Fattah berada di sebelah timur, dengan banguan berbentuk rumah kecil terbuat dari kayu jati, sedangkan makam Eyang Tumenggung Wirosari berada di sebelah barat dengan bangunan terbuat dari tumpukan bata. (mckaranganyar/hery setiawan/eyv)