:
Oleh MC KAB JEPARA, Minggu, 24 Juni 2018 | 05:12 WIB - Redaktur: Tobari - 814
Jepara, InfoPublik - Setelah dipotong secara simbolis oleh Bupati Jepara Ahmad Marzuqi didampingi Wakil Bupati Dian Kristiandi, gunungan kupat dan lepet raksasa langsung diserbu ribuan pengunjung pesta lomban di Kabupaten Jepara.
Kegiatan Festival Kupat Lepet ini, dilaksanakan pada Sabtu (23/6) di Pantai Kartini Jepara. Mereka percaya, kupat dan lepet ini memberi keberkahan bagi mereka yang mendapatkan dan memakannya.
Usai mengikuti prosesi larungan kepala kerbau, Bupati Jepara Ahmad Marzuqi bersama rombongan Forum Pimpinan Kepala Daerah (Forkopimda), membuka Festival Kupat Lepet di Pantai Kartini Jepara. Ribuan warga masyarakat sudah mulai memadati lapangan sebelum acara berlangsung, untuk memperebutkan gunungan kupat lepet.
Dengan diawali tari-tarian dan aksi pantomim para seniman Jepara, bupati secara simbolis memotong gunungan kupat dan lepet, sebagai tanda saling maaf-memaafkan.
Masyarakat percaya, bagi siapa saja yang mendapatkan kupat maupun lepet akan mendapatkan keberkahan selama satu tahun kedepan. “Saya jauh-jauh dari Kabupaten Pati, ingin melihat Pesta Lomban di Jepara,” kata Novi, salah pengunjung.
Rubiah (30) warga Krapyak mengaku setiap tahun dirinya bersama orang-orang sekampungnya sengaja berangkat dari rumah saat pesta lomban ini. bukan hanya untuk wisata ke laut saja, namun dia lebih menunggu untuk berebut kupat dan lepet tersebut.
“Sudah jadi tradisinya seperti ini, jadi kalau tidak bisa mendapatkan kupat dan lepet rasanya ada yang kurang,” katanya.
Dalam sambutannya Bupati Jepara Ahmad Marzuqi mengatakan, perayaan kupat lepet di tahun ini sengaja diundur pada hari Sabtu. Karena hari Jumat merupakan hari pendek. “Untuk hari Sabtu, durasinya cukup panjang. Masyarakat juga dapat berwisata, di Jepara pada Sabtu dan Minggu,” tuturnya.
Ia berharap, kunjungan wisawatan yang datang ke Jepara akan semakin banyak. Dengan didorongnya sektor pariwisata, maka akan menggerakkan sektor lain seperti ekonomi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). “Semoga warga masyarakat yang berkunjung mendapat kesejahteraan, limpahan rejeki dari Allah Swt,” kata dia.
Pembuatan kupat dan lepet pada Syawalan konon bermula dari tradisi yang diwariskan oleh Sunan Bonang - Sunan Kalijaga. Tradisi ini untuk menggambarkan kegembiraan umat Islam setelah berpuasa dan mendapatkan ampunan Allah dan saling memberi maaf atas segala kesalahan.
Wujudnya dengan membuat kupat dan lepet. Kupat maknanya ngaku lepat atau laku papat : lebaran, luberan, leburan dan laburan. Sedangkan lepet maknanya adalah silep kang rapet atau tidak mengulang lagi kesalahan.
Sementara, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara Basuki Wijayanto menambahkan, pihaknya akan terus berinovasi untuk menarik wisatawan. Tradisi lomban sekaligus menjadi potensi wisata di Jepara. Hingga kini, tradisi ini tetap lestari di tengah-tengah masyarakat.
Tak dipungkiri, keunikan dan kekhasan tradisi ini menjadi sebuah daya tarik tersendiri, bagi masyarakat. “Kami selalu mencoba berinovasi menjadi lebih indah, menarik tanpa mengurangi esensinya," paparnya (DiskominfoJpr/Dian/toeb).