:
Oleh MC KOTA SEMARANG, Senin, 21 Mei 2018 | 09:09 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 321
Semarang, InfoPublik - Forkopimda (Forum Koordinasi Pimpinan Daerah) berkumpul dalam acara Kosmos (Komunitas Sosial) yang di selenggarakan di Gd. Moch. Ikhsan di ruang lokakrida lt. 8 Balaikota Semarang, Jumat Pagi (18/5).
Bukan hanya berdiskusi masalah yang menyangkut beberapa aspek sosial politik yang ada di kota Semarang namun acara ini juga mengandung unsur silahturahmi untuk memeperkerat rasa persaudaraan satu sama lain.
Wali kota Semarang, Hendrar Prihadi atau yang akrab di sapa Hendi menghaturkan rasa terimakasihnya kepada para tokoh, para pejabat TNI, Polri, dan seluruh unsur yang selama ini telah mendukung kota Semarang menjadi demikian “Hebat”, dari segi situasi yang selalu kondusif, percepatnya pembangungan dan penyelesaian terhadap dinamika sosial kemasyarakatan.
“Membahas peta kerawan yang terjadi di negara ini yang terjadi beberapa waktu lalu di Mako Brimob. Surabya dan Riau. Target terorisme yang selalu memakai emblem agama tertentu dianggap sangat meresahkan masyarakat. Dengan adanya perkumpulan ini Hendi meminta kepada masyarakat untuk menyikapi hal tersebut dengan bijak, meredamkan upaya – upaya provokatif agar tidak menjadi sentimen sara yang semakin runcing, agar semua dapat netral seperti semula. Semoga segala bentuk ancaman dapat dipatahkan. Aamiin,” tuturnya.
Tak hanya itu Komandan Kodim 0733/BS, Letkol INF M Taufik Zega juga menyampaikan bahwa ancaman yang sedang dihadapi sekarang merupakan ancaman ideologi, Taufik mengajak kita untuk lebih membentengi diri agar tidak di susuki oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Di akhir acara Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Abioso Seno Aji juga menambahkan tanggapan terhadap kejadian tersebut, Abioso meminta kepada para polri untuk senantiasa menjaga dan lebih waspada terhadap lingkungan sekitar agar masyarakat merasa lebih tenang. Abioso mengatakan bahwa Kota Semarang beberapa waktu lalu sempat diterpa isu “Intoleran”.
Dengan ini, Abioso menegaskan sekaligus membuat kesepakatan bersama bahwa Kota Semarang bukanlah kota intolerir. “Hal yang terpenting, semua hidup dengan rukun dan damai tak peduli apapun agama maupun lainnya,” imbuhnya.