:
Oleh MC KAB JEPARA, Senin, 2 April 2018 | 08:57 WIB - Redaktur: Kusnadi - 622
Jepara, InfoPublik - Memperingati Hari Teater Sedunia (Hatedu) ke 56, Dewan Kesenian Kabupaten (DKD) Jepara, bekerjasama dengan Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Jepara, menggelar camp budaya dan pagelaran seni tradisional Emprak. Kegiatan dipusatkan di Dukuh Karangsari, Desa Kepuk, Kecamatan Bangsri, selama tiga hari.
Sekretaris DKD Jepara Roby Sani mengatakan, kegiatan camp budaya ini, dilaksanakan mulai Jumat, (30/3) malam, sampai Minggu (1/4). Para peserta, yang merupakan kelompok teater di Jepara. Mereka menginap di rumah warga selama kegiatan berlangsung.
"Desa Kepuk ini, masih kental dengan kesenian tradisional. Termasuk kesenian Emprak. Mereka sengaja diinapkan, agar membaur dengan masyarakat, dan belajar tentang kesenian teater tradisional ini," kata Roby.
Dikatakan, acara diawali dengan pementasan Emprak Sidomukti oleh tiga seniman tradisonal, pada Jumat (30/3), malam. Kemudian dilanjutkan pada Sabtu (31/3) malam, dengan pementasan delapan teater yang mengikuti camp budaya. Diantaranya, Teater Bare SS, Bosas, Pondasi 27, Droshopila, Lentera, Amongjiwo, Komunitas pojok kidul/pinggir sawah, dan Teater Laskar.
Selain itu, juga diadakan workshop manajemen pengelolaan komunitas dan pelatihan gamelan. "Selain itu, juga pameran seni lukis, pameran kriya, fotografi dan dongeng anak," paparnya.
Terkait dengan Emprak, ini merupakan bentuk teater tradisional khas Jepara asli yang harus dilestrikan. Apalagi sekarang ini, para seniman Emprak di Jepara tinggal beberapa orang saja. Padahal, tahun 1980an, merupakan masa kejayaan kesenian Emprak ini.
"Paling tinggal dua kelompok saja, di Desa Plajan, Pakis Aji, dan di Desa Kepuk ini," kata dia.
Melalui momentum Hatedu ini, para seniman Jepara juga ingin mencari identitas teater Jepara yang sesungguhnya.
"Teater tidak harus berkiblat kepada Romawi, tapi bisa dari teater tradisional seperti Emprak," ungkapnya.
Kabid Komunikasi Diskominfo Kabupaten Jepara Arif Darmawan mengatakan, seni tradisional ini, harus terus beraktualisasi agar tidak ditinggalkan. Tidak lupa, dalam setiap pementasan, untuk menyampaikan pesan-pesan moral, dan bersifat membangun untuk masyarakat. (Diskominfojepara@dian/Kus)