:
Oleh MC KABUPATEN LAMPUNG TIMUR, Jumat, 13 Oktober 2017 | 21:11 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 1K
Lampung Timur, Infopublik - Sayuran hijau merupakan salah satu sumber vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia, apalagi sayuran yang bebas dari obat atau pestisida.
Salah satunya adalah sayuran hydoponik yang dikembangkan oleh Prapto Farm di Desa Sri Rejosari Kecamatan Way Jepara, Lampung Timur.
Very Wibowo penggagas pertama Prapto Farm tersebut menjalankan usaha keluarganya sejak tahun 2016 di desanya. Ia menganggap bahwa jadi petani itu membanggakan dan keren.
“Saya mulai usaha ini sejak Oktober 2016. Saya juga sebagai anak muda tidak perlu malu untuk menjadi petani. Karena saya anggap jadi petani itu keren,” ujar Very, Selasa (10/11).
Anak muda, kreatif dan religius ialah kesan pertama ketika berjumpa dengan Very Wibowo, mahasiswa jurusan Agroteknologi Unila, sekaligus penerima beasiswa Program Perluasan Akses Pendidikan (PMPAP) tahun 2011.
Menurut Very, usaha yang digelutinya tebilang masih baru namun dilihat dari perkembangannya prospek kedepan sangat bagus. Hal ini dapat dilihat dari hasil yang dicapainya.
“Dalam satu bulan dengan media tanam ukuran 3 x 5 meter, saya mampu memanen sebanyak 3 sampai 4 kali. Untuk sekali panen mendapatkan uang Rp50.000 sampai Rp80.000 artinya dalam satu bulan saya mendapatkan hasil Rp320.000,” ungkapnya.
Untuk saat ini sayuran hydroponik yang dikembangkan Very adalah Pakcoy Chinese Cabbage. Pakcoy merupakan sayuran yang sekilas mirip sawi hijau (caisim, tosakan). Namun, jika diperhatikan lebih detail tangkai daunnya lebih besar dibandingkan sawi hijau. Bentuknya seperti sendok terkadang disebut sawi sendok, teksturnya sama seperti sawi hanya saja batangnya lebih keras.
Rencananya ia akan menambah atau membuat lagi tempat yang lebih luas untuk mengembangkan usahanya. Hal yang paling penting dari usahanya ini adalah dapat jadi inspirasi dan mengajak generasi muda di desanya untuk bisa berbuat sesuatu yang positif demi kemajuan desa kami.
Dari pantauan di lokasi Prapto Farm, saat ini sudah mulai ada beberapa warga khususnya generasi muda yang mulai tertarik untuk belajar bagaimana cara bertanam menggunakan media hydroponic tersebut.
Mereka umumnya tertarik karena cara ini dibilang masih baru untuk di lingkungan sekitarnya. Apalagi cara dan media yang diterapkan cukup mudah dan tidak terlalu ribet. (Dedy Aryadi/Nanang)