:
Tanah Bumbu, InfoPublik - Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu) akan melakukan pemberian obat pencegahan massal (POPM) kepada masyarakat. Kegiatan ini digelar menyusul masuknya bulan pencanangan eliminasi penyakit kaki gajah (filariasis) yang digelar secara nasional sejak 1 hingga 30 Oktober ini.
Rencananya kegiatan POPM tersebut akan dilakukan secara serentak di berbagai kecamatan. Tujuannya tiada lain, untuk menyelamatkan masyarakat dari penularan penyakit yang membahayakan sehingga mengakibatkan pembengkakan kaki secara permanen.
“Melalui bulan pencanangan yang dirangkai dengan pemberian obat pencegahan massal ini diharapkan masyarakat Kabupaten Tanah Bumbu benar-benar akan terbebas dari penyakit kaki gajah,” kata Sekda Kabupaten Tanah Bumbu Drs. Said Akhmad saat membuka Rapat Kesiapan bulan pencanangan Eliminasi penyakit kaki gajah di ruang Rapat Setda, Kamis (15/9).
Sekda menambahkan, untuk menjangkau target sasaran dalam pemberantasan penyakit itu diperlukan sosialisasi secara berantai, terutama peran Dinkes setempat melalui Puskesmas yang tersebar di tiap Kecamatan untuk mengejar sasaran tersebut.
“Sebelum melakukan POPM itu, pihak medis terlebih dahulu memberikan pengertian kepada masyarakat atas manfaat obat tersebut. Sehingga masyarakat banar-banar mengetahui dan sadar betapa pentingnya pemberian obat pencegahan penyakit yang harus diantisipasi sejak dini,” katanya.
Terkait sosialiasi itu, tidak hanya peran Dinkes maupun Puskesmas. Menurut mantan Kepala Bappeda ini, peran Camat dan Kepala Desa merupakan garda terdepan diwilayahnya untuk bisa menghimbau masyarakat di lingkungannya untuk berpartisipasi mensukseskan kegiatan tersebut.
Untuk lebih efektifnya, peran Dinas Pendidikan tak kalah penting dalam mendukung suksesnya pencegahan tesebut. Kenapa demikan kegiatan POPM nantinya harus menyasar pada anak siswa sekolah, sebab generasi pertama yang harus diselamatkan adalah anak siswa sekolah.
“Sasaran minum obat secara serentak di tiap sekolah dirasa sangat tepat, kalau menunggu anak siswa minum obat pencegahan ke Puskesmas dipastikan kurang efektif. Logikanya anak yang sakit aja kadang susah diajak ke puskesmas apalagi kalau merasa tidak sakit.” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Bumbu melalui Kabid pengendalian masalah kesehatan H. Rakhmatullah menjelaskan. Filariasis muncul akibat dari penularan cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.
Dikatakannya Indonesia menetapkan eliminasi Filariasis sebagai salahsatu prioritas nasional dalam pengendalian penyakit menular. Sebab pada tahun 2002 hingga 2014 telah ditemukan 418 kasus di Kabupaten kota se indonesia. Kemudian 241 di antaranya merupakan daerah endemis filariasis dengan resiko penularan yang cukup tinggi.
Untuk mengetahui potensi tinggi atau rendahnya endemis di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu, maka pada tahun 2005 telah dilakukan survey darah jari di dua Kecamatan yakni Batulicin dan Kusan Hulu.
Dari survey tersebut lanjutnya telah di dapatkan kepadatan Microfilaris (MF Rate) di masing-masing Kecamatan. Dan terbukti hasil survey wilayah di dua Kecamatan tersebut berada pada MF Rate 1,39% dan 2,49% dan itu termasuk sebagai endemis filariasis.
“Berdasarkan ketentuan Menkes bila hasil survei diatas 1 % MF Rate maka wilayah Kabupaten itu wajib melakukan POPM. Diharapkan dengan melakukan POPM tersebut dapat menurunkan MF Rate di wilayah kita dan kedepannya POPM berhasil mencapai eliminasi filariasis indonesia pada tahun 2020 ,” katanya. (Hum/ red/toeb)